Lihat ke Halaman Asli

Menebak Siapa yang Menjadi Gubernur DKI

Diperbarui: 18 Februari 2017   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Sebagai seorang mahasiswa kampus terkenal di Indonesia, sudah sewajarnya saya tidak memilih sikap apatis terhadap kondisi perpolitikan. Terlebih lagi saya memiliki KTP Jakarta, sehingga adanya isu panas di DKI tidak pernah saya lewatkan. Termasuk pembahasan mengenai Pilgub DKI. Saya memiliki keresahan ketika membaca media yang pro terhadap salah satu calon, membuat berita jadi misleading dan tidak logis secara penalaran. Pada artikel ini saya akan menuliskan bagaimana hitung-hitungan secara komparatif dari berbagai sumber untuk menentukan pemenang Pilgub kali ini.

Saat saya menulis ini, Pilgub DKI Jakarta sudah menyelesaikan putaran pertama. Dengan hasil akhir Agus-Sylvi 17,05%, Ahok-Djarot 42,91%, dan Anies-Sandi 40,05% 1. Dari hasil ini sudah dipastikan akan ada putaran kedua Pilgub yang akan diselenggarakan dua bulan mendatang.

Ada beberapa fakta yang bisa diambil dari hasil putaran pertama, yaitu:

  • Suara Agus-Sylvi Jeblok Karena Pendukungnya Tidak Satu Suara

Jika dilihat dari hasil putaran pertama, bukan hal mengejutkan jika pasangan nomor urut 2 dan 3 lolos ke putaran berikutnya. Karena dari awal kontestasi sudah banyak prediksi terkait dengan akan gagalnya paslon nomor urut 1. Tetapi ada hal menarik dari hasil Pilgub kali ini, bahwa suara yang didapatkan oleh nomor 1 tidak sebanding dengan suara parpol pendukung pasangan tersebut. Hal ini menunjukkan partisan parpol pendukung masih tidak satu suara.

Mungkin ada beberapa kasus lain seperti terseretnya nama Sylviana Murni terkait kasus pembangunan masjid, dan lain hal yang berhubungan dengan SBY. Namun menurut saya hal ini tidak sepenuhnya bisa dijadikan klarifikasi penyebab kekalahan. Kekalahan ini lebih mengarah kepada bagaimana kampanye dan performa debat calon dalam menjelaskan secara logis program yang dibawa.

  • Warga DKI mulai memaafkan Ahok

Dari hasil itu juga terlihat bahwa pasangan nomor urut 3 seolah memanen dari suara paslon nomor 1. Meski sebenarnya menurut saya justru tidak seperti itu, jika hasil tersebut diamati lagi pasangan nomor urut 2 bisa mendapatkan hampir 43%. Mengingat 72,1% warga DKI menurut survei Pollmark menyetujui bahwa Ahok telah menistakan agama2. Dengan data umat muslim DKI Jakarta sebanyak 83% dari total 3. Sehingga jika kita asumsikan 17% non-muslim memilih ahok dan 27,9% warga DKI yang tidak menyetujui Ahok telah menistakan agama dikalikan dengan populasi muslim 83% maka hasilnya adalah 40,16%. 

Itu pun dengan asumsi bahwa yang menyetujui bahwa Ahok telah menistakan agama adalah seluruhnya muslim dan asumsi seluruh non-muslim memilih Ahok. Artinya secara di atas kertas suara Ahok-Djarot tidak akan bisa lebih dari 40,16% karena itu adalah nilai maksimal, kecuali ada sebagian muslim yang sudah mulai memaafkan Ahok. Hal ini juga terlihat dari hasil beberapa survei elektabilitas Ahok sebelum pemilu yang juga perlahan naik.

  • Saingan Ketat Ahok-Djarot vs Anies-Sandi

Dari ketiga pasangan yang lain, kedua pasangan inilah yang paling sering memuncaki survei pra-pemilu pasca debat calon. Masing-masing punya kelebihan dalam membuatnya terpilih sebagai gubernur periode berikutnya. Ahok sebagai petahana tentu memiliki bukti yang bisa ditonjolkan dalam setiap kampanye. Sementara Anies sebagai seorang mantan dosen pasti mengerti bagaimana menyampaikan visi-misi hingga proker menjadi lebih gamblang dan logis dicerna pendukungnya.

Setelah melihat fakta tersebut kita dapat melihat gambaran bagaimana kemungkinan kontestasi pada putaran kedua berjalan. Berikutnya saya akan mencoba untuk memprediksi siapa yang akan menjadi gubernur DKI 2017. Ada beberapa informasi berikut ini yang akan digunakan:

  • Ada Empat Parpol Yang Menentukan

Empat serangkai parpol yang mendukung Agus-Sylvi kemungkinan akan membentuk koalisi dengan pendukung calon lainnya. Empat serangkai tersebut adalah Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PAN. Partai Demokrat menginginkan ketiga partai lainnya satu suara dalam koalisi yang akan dibentuk 4.

  • Ragu-ragu Antara Dua Calon

Tiga dari 4 serangkai merupakan partai koalisi Jokowi-JK yaitu PAN, PKB, dan PPP. Ketiga partai ini merupakan partai Islam yang berada di dua kepentingan yaitu mengutamakan untuk berkoalisi dengan pengusung calon yang muslim atau bergabung dengan koalisis pemerintah. Tentu sangat sulit untuk menentukan hal tersebut, terkait ada kelompok pada masyarakat NU yang bersikap anti-PKS yang merupakan partai pendukung calon nomor 3. Kedua keputusan terkait ini tentu akan sangat dilematis.

  • Sentimen Agama Masih Bergulir
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline