Lihat ke Halaman Asli

Hany Ferdinando

TERVERIFIKASI

Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Perubahan Wajah Asuransi Pasca-Banjir Jakarta

Diperbarui: 4 Januari 2020   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (sumber: pixabay.com)

Bencana memang tidak bisa dihindari, tetapi manusia diberi hikmat untuk bisa meminimalkan dampaknya. Tidak seorang pun yang menginginkan terjadinya kebakaran yang menelan korban dan harta benda! 

Ada jenis bencana yang tidak bisa diprediksi, misalnya gempa. Orang hanya bisa mengatakan bahwa karena terjadi gempa beberapa kali maka kemungkinan akan terjadi lagi. Namun, tidak seorang pun bisa memastikan kapan gempa itu terjadi.

Gempa datangnya bisa sewaktu-waktu sehingga manusia harus menyiapkan diri jika saat itu tiba. Dengan demikian, manusia harus menyiapkan diri dengan baik dan itu telah dilakukan oleh Jepang yang dilalui jalur vulkanik aktif. Saya tersadar akan hal ini ketika membaca tulisan bang Denny Siregar yang dibagikan melalui grup WA.

pixabay.com

Di sisi lain, ada jenis bencana yang bisa diprediksi dengan lebih tepat. Banjir yang melanda Jakarta saat ini salah satunya. Ketika orang melihat curah hujan yang tinggi dan persiapan Pemprov DKI Jakarta yang sangat kurang, maka prediksi terjadinya banjir tinggal sebuah keniscayaan. 

Tengoklah bukit gundul akibat penebangan liar. Jika terjadi hujan yang lebat, maka prediksi terjadinya tanah longsor akan menjadi kenyataan dalam waktu singkat.

Bantaran sungai yang terkikis akibat aliran air akan membuat pondasi bangunan tidak lagi tertanam dengan baik, sehingga tinggal menunggu waktunya tiba bangunan itu akan runtuh.

Salah satu cara meminimalkan risiko adalah dengan membeli asuransi. Perlu saya tegaskan di sini bahwa saya bukanlah agen asuransi dan tidak memiliki perusahaan asuransi. Selain itu tidak ada perusahaan asuransi yang menghubungi saya untuk menuliskan hal ini. Jadi tulisan ini bebas dari konflik kepentingan.

Kerugian immaterial dan material
Melihat potongan video "hasil" banjir di Jakarta membuat saya terhenyak. Mobil berserakan di jalan, saling menumpuk, bahkan ada yang terbalik dan menindih kendaraan lain. Jika mobil saja tidak kuat menahan dorongan air, apalagi motor yang lebih ringan. 

Air yang masuk dan merendam lantai rumah sudah pasti akan merusak perabot di dalamnya. Kasur dan perabot kayu dipastikan tidak akan bisa bertahan dan tinggal menunggu waktunya dibuang tatkala banjir sudah reda. Perabot elektronik sepertinya juga sama saja.

pixabay.com

Ini belum urusan membersihkan dan (mungkin) merenovasi rumah yang sudah pasti menelan biaya yang tidak sedikit. Prosesnya juga memakan waktu yang relatif lama. Dengan permintaan yang tinggi dan jumlah penyedia jasa yang tidak sepadan, biayanya juga bisa melangit.

Saya tidak sanggup membayangkan berapa kerugian material yang dialami dari banjir Jakarta, yang mulai dibandingkan dengan banjir besar di kota kelahiran saya, Solo, di tahun 1966.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline