Laman berita kompas.com hari ini memuat berita tentang penemuan tengkorak 3,8 juta tahun yang membingungkan ahli tentang asal usul manusia. Saya tidak terkejut karena memang temuan-temuan berikutnya saya yakin akan lebih membingungkan lagi.
Sebelum saya lanjutkan, perlu saya klarifikasi dulu bahwa saya penganut paham penciptaan dan bukan evolusi.
Secara umum terdapat teori bumi yang tua dan bumi yang muda. Teori pertama adalah konsep yang dipakai oleh para evolusionist (penganut paham evolusi) yang menggunakan angka di kisaran 'juta' untuk menunjukkan usia bumi, sehingga cocok dengan usia fosil yang biasanya diestimasi menggunakan carbon-14.
Teori kedua muncul berdasarkan penelitian terkait dengan penurunan parameter-parameter yang dipakai di dunia Fisika seperti kecepatan cahaya, kekuatan medan magnet bumi, dll. yang mengalami penurunan secara perlahan.
Jika nilainya dihitung mundur hingga jutaan tahun, maka hasilnya tidak masuk akal. Misalnya kekuatan medan magnet bumi bisa sangat tinggi. Teori kedua ini biasanya dijadikan acuan penganut penciptaan (creationist). Saya tidak akan membahas kedua teori tersebut.
Manusia berevolusi dari kera?
Salah satu bahan menarik dalam diskusi terkait evolusi adalah kera merupakan nenek moyang manusia. Benarkah demikian? Setidaknya banyak evolusionis yang mencoba membuktikan hal tersebut.
Berbagai temuan fosil dianalisa untuk membuat teori baru yang mendukung konsep kera merupakan nenek moyang manusia. Belum pernah ada yang bisa membuktikan secara empiris kebenaran teori tersebut.
Di tengah-tengah kebingungan manusia untuk menjelaskan teori tersebut, dimunculkanlah teori rantai yang hilang (the missing link) atau rantai yang tidak ditemukan.
Menurut saya, seseorang bisa melakukan klaim tentang missing link jika memang pernah menemukannya lalu hilang.
Contoh, saya mengatakan kepada Anda bahwa saya memiliki sebuah jam tangan mekanik yang sangat bagus, bahkan lebih bagus daripada jam tangan mekanik termahal di dunia sekalipun.