Lihat ke Halaman Asli

Hany Ferdinando

TERVERIFIKASI

Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Ini Nasihat Richard Feynman untuk Para Pendidik

Diperbarui: 27 Juli 2019   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: https://twitter.com/ProfFeynman

Setiap orang pasti punya kriteria untuk menilai kualitas seorang guru. Spektrumnya bisa sangat lebar karena tergantung dari pengalaman, idealisme, dan keinginan. Hasil perenungan saya sambil membayangkan menjadi orang lain adalah sebagai berikut, mungkin ada yang pas dengan Anda:

  • Ramah dan bersahabat
  • Tidak pelit dalam memberi nilai
  • Peduli (mau mendengar, punya waktu di luar jam kelas untuk ditemui)
  • Antusias dalam mengajar
  • Mampu menginspirasi
  • Jarang masuk kelas (bisa diartikan suka mengajar di luar kelas atau memang jarang mengajar sama sekali)
  • Jarang memberi tugas

Saya tidak akan menghakimi kriteria-kriteria yang tertulis di atas atau berbagai macam kriteria lain yang bisa jadi muncul di benak Anda. Hmmm..., sepertinya bagian terakhir itu termasuk mustahil saya lakukan selama saya tidak mengetahui kriteria yang ada di benak Anda.

Di antara banyak kriteria yang bisa muncul, pagi ini saya membaca tweet Richard Feynman, Fisikawan terkemuka yang menjadi idola saya karena buku-buku Fisika yang ditulisnya. Saya memang belum pernah berjumpa secara pribadi dengan beliau, tetapi pendekatannya dalam mengajar Fisika sangat menarik.

"Don't just teach your students to read. Teach them to question what they read, what they study. Teach them to doubt. Teach them to think."

"Jangan hanya mengajar murid untuk membaca. Ajarlah mereka untuk bertanya dari apa yang dibaca dan dipelajari. Ajarlah mereka untuk menjadi ragu-ragu dan berpikir."

Dalam bayangan saya, Richard seharusnya seorang guru yang baik. Paling tidak, buku-bukunya telah mencerminkan hal itu. Penjelasan yang ditulis dalam bukunya mudah dipahami dan saya selalu menemukan sentilan-sentilan dalam bukunya. Melalui sentilan itu, sepertinya Richard sedang mengajak pembaca bukunya untuk berpikir lebih dalam, membuat pertanyaan, dan melakukan proses pembelajaran mandiri. Hanya saja, interaksi pembaca dengan penulis melalui buku tidaklah setajam interaksi langsung. Ini yang menjadi salah satu kelemahan media tulis.

Belajar, bukanlah sekedar membaca

Guru yang baik tidak sekedar meminta siswanya untuk membaca, membaca, dan membaca. Membaca memang merupakan salah satu proses belajar, tetapi bukanlah satu-satunya. Melalui membaca wawasan kita akan diperluas, informasi yang baru akan diperoleh, dan masih banyak keuntungan yang lain seperti mendapatkan hiburan. Benarlah kata orang bahwa buku adalah jendela dunia.

Proses belajar dapat dilakukan melalui melihat, mendengar, dan melakukan. Membaca ada proses melihatnya tetapi masih terbatas pada teks atau gambar. Belajar melalui video tutorial mungkin sebuah pilihan yang tepat bagi mereka yang perlu visualisasi. Beberapa orang lebih suka mencoba melakukan sesuatu saat belajar, ini pun sebuah alternatif.

Dalam tweet-nya, Richard, menurut saya, bukan sedang mengritisi proses belajar melalui membaca buku saja. Belajar melalui video dan melakukan sesuatu juga tidak luput dari kritikannya, selama tidak ada proses bertanya, berpikir, dan meragukan sesuatu dalam materi yang sedang dipelajari.

Kompilasi beberapa gambar dari pixabay.com

Membuat pertanyaan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline