Lihat ke Halaman Asli

Ontologi Mahasenduro Part 16

Diperbarui: 23 Juli 2018   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.kompasiana.com

Bersandar Kepada Cahaya

Berikan cintamu! cepat ! Lelaki paruh baya mencoba menodong gadis imut dengan pisau di Pertigaan Sekiyang, Senduro. Aku cukup heran, sebab belum pernah ada kasus menggelikan seperti itu hanya karena sangking imutnya wanita membuat lelaki itu benar-benar mati akal untuk merebut cinta pujaan hatinya. Tetapi bisa jadi, kapan-kapan ada kasus konyol seperti itu hanya karena ada generasi yang mulai kehilangan gairah untuk berjuang mendapatkan cinta lalu menggunakan cara-cara instan. 

"Ampun cak ! lebih baik pisau itu kau ganti dengan hatimu yang lembut dan cintamu yang bersandar kepada cahaya, itu akan membuatku jatuh cinta kepadamu selama-lamanya. " sahut wanita imut itu, yang ternyata bernama salwa. Lelaki paruh baya itu pun terdiam, hatinya tersentuh, tubuhnya gemetar, lidahnya kaku, matanya blolok en. Karena bisa jadi perjuangannya selama ini benar-benar akan sirna, sebab jika dengan kekerasan ia telah salah jalan untuk menuju ke hati salwa. Akhirnya salwa pun pergi meninggalkan lelaki yang tak berdaya, tanpa rasa iba untuk menoleh sedikit pun kepada lelaki itu.

Memang ketika ambisi membutakan mata hati, maka yang terjadi adalah jiwa akan kehilangan penasehat abadinya, sisi kemanusiaannya. Dalam dunia remaja, zaman percintaan menjadi era yang tak terelakkan. 

Ada Galau, Ada Sedih, Ada Rasa Nano-Nano yang membuat hati menjadi bimbang. Sebab memang fatwa hati kadang-kadang sulit dicerna, terlalu rumit cinta dipahami dengan nalar akal sehat. Tetapi, sudah seharusnya ketika keinginan sudah menjadi harapan, maka cinta harus didapatkan dengan cara yang penuh dengan kasih sayang. Jika tidak dengan lembut, maka lepaskan niatan untuk memilikinya. Itu hanya akan melukai satu hati dengan hati lainnya, layaknya dua ekor burung yang diikat dalam satu tali yang kencang, maka keduanya tidak akan bisa terbang !

Sementara itu, lelaki paruh baya itu akhirnya mulai sadar untuk hidupnya yang tak dilengkapi oleh pujaan hatinya. Ia pun mencari kedamaian hati dengan mulai hidup sederhana dengan terus menggenggam kata-kata salwa "bersandar pada cahaya". Ia menata hidupnya mulai menabung kebaikan dari hal-hal kecil. Mencintai memang takdir yang tiada pernah ada yang mampu menjelaskannya. 

Hampir setiap pagi, lelaki paruh baya itu teringat akan peristiwa pahit yang dulu pernah ia lakukan. Terasa diwaktu sunyi, lelaki itu pun menulis satu sajak dalam buku lusuh yang setiap hari menemaninya. " Ingatlah, cinta tetaplah cinta. Menempuhnya haruslah dengan kasih yang bersih. Sebelum terlambat sepertiku, lihatlah matahari !, dia tetap menyinari siapa saja. Berbuat baiklah, yakinlah untuk mencari cinta dengan perasaan yang sabar untuk menantinya. Bersandarlah kepada cahaya !"  Sepenggal kisah itulah yang ingin kuceritakan sejak lama, tentang kehidupan lelaki yang akhirnya memiliki keteguhan hati akan jalan hidupnya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline