Lihat ke Halaman Asli

Hezthy Amelliya Putri

Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Filsuf Menurut Arthur Schopenhauer

Diperbarui: 30 Oktober 2023   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam masyarakat multikultur, misalnya sifat egoisme tidak jarang hal tersebut dapat mengganggu integritas Indonesia. Di tengah arus globalisasi saat ini, sebaiknya bangsa Indonesia harus berhati-hati dengan situasi keterbukaan yang meningkatkan sensitivitas dan ketegangan.

Bangsa Indonesia membutuhkan konsepsi yang filosof mengenai hakikat jati diri manusia yang sesuai kemajemukan saat ini. Konsepsi manusia semakin mendesak karena adanya dua alasan yang mendasar, alasan pertama, bersifat konseptual dimana kesadaran bangsa plural serta multikultur ini tidak bisa diraih secara instan, yang harus ditanamkan dari kesadaran masing-masing individu. 

Kesatuan bangsa terjadi dari jalinan individu. Gagasan negara ideal menurut Abu Nashr Al-Farabi (872-950) pada Ara Ahl al-Madnah aalFadhilah tentang opini penduduk ideal, moralitas negara ditentukan dari moralitas warganya. Perwujudan negara ideal Al-Farabi dicapai apabila individu warganya ideal. Dengan demikian, moralitas daro suatu negara ditentukan dari moralitas individu warganya (Al-Jabiri,2006). Beberapa penelitian yang dilakukan terdahulu membahas mengenai konsep jati diri manusia dari berbagai pandangan.

Di antaranya adalah Skripsi yang ditulis Agustji (1986) "Schopenhauer: Dunia sebagai Ide dan Kehendak" yang diterbitkan oleh Universitas Gadjah Mada. Skripsi bertujuan untuk mengeksplorasi konsep jati diri manusia Arthur Schopenhauer dengan menggunakan metode library research. 

Hasil dan pembahasan penelitian ini adalah tentang deskripsi umum filsafat dari Arthur Schopenhauer, terdapat kesamaan dalam objek material penelitian yaitu Schopenhauer dan perbedaan terletak pada penggunaan objek formal

adalah seorang filsuf Jerman. Ia terkenal karena karyanya yang berjudul The World AS Will and Representation (dipublikasikan pada tahun 1818 dan dikembangkan lebih lanjut pada tahun 1844), yang mencirikan fenomenal sebagai manifestasi dari noumenal. Membangun idealisme Transendental Immanuel kant(1724--1804), Schopenhauer mengembangkan ateistik yang menolak gagasan idealisme Jerman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline