Adalah sebutan penulis untuk orang-orang yang memiliki sifat dan sikap yang sangat mempercayai suatu hal secara militan dan menutup ruang-ruang kekurangan, kesalahan, maupun kealpaan pada hal tersebut, hal ini berkaitan dengan penilaian atau pandangan yang bersifat objektif dan fanatisme irrasional yang akan sangat berbahaya, banyak ditemui akhir-akhir ini bukan?.
Pernahkah kita lihat gerombolan pendukung suatu sosok yang saat sosok yang diagung-agungkannya ini tiba-tiba diterpa kasus ataupun hal yang kontradiksi dengan sifat, karakter ataupun dianggap tidak mungkin akan dilakukan bahkan terkadang hal tersebut bukan lagi isu tapi sudah didukung oleh bukti-bukti yang sangat jelas, tetapi mereka seakan sudah dimatikan hatinya dan menutup telinga mereka karena terjangkit pengkultusan ini, dimana di hati mereka terdapat penyakit (maradlun)(al-baqarah ayat 6), dalam tingkat terparah mereka ini sudah dapat diselamatkan lagi, bicara kepada mereka hanya akan buang-buang energi karena "shummum bukmun 'umyun fa hum l yarji'n" ((Mereka) tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali _al-baqarah ayat 18.
Pengkultusan sejatinya tidak boleh dilakukan pada hal apapun, kita harus selalu mencurigai yang diharapakan akan munculnya koreksi koreksi, ini adalah suatu pengakuan dan penghormatan pada karakter manusia atau hal lainnya yang menjadi objek pandangan atau penilaian yang tidak akan ada yang sempurna, karena dari segi keadaan sangat sulit untuk mencapai kesempurnaan tanpa peluang kesalahan dan juga dari segi keberlanjutan tetap ada peluang akan terjadi perubahan sewaktu-waktu, pada diri manusia misalnya akan sangat mungkin terjadi perubahan bahkan pengkhianatan.
Pengkultusan ini sering muncul dari cinta, ketika mencintai suatu sosok, terlepas dari pandangan irrasionalisme cinta maupun cinta yang hadir dari kalkulasi realistis, hal ini terjadi karena terjadi penyelewengan ketika sewaktu-waktu ego lebih tinggi dari pada subjektivitas, walaupun kepuasan atau penghargaan sederhana terkadang dapat juga memuncul pengkultusan tapi kuncinya terdapat pada tingkatan kekuatan untuk mempertahankan sifat objektif yang rasional memandang dan menilai suatu hal.
Contoh lainnya yaitu orang tua yang menutup penilaian terhadap anak kesayangannya, Tiba-tiba dikejutkan saat ditelpon bahwa anaknya jadi pengedar narkoba, atau segerombolan pertemanan yang membela mati matian satu anggota mereka yang sudah jelas-jelas melakukan kesalahan.
Semoga kita dapat menjaga kewarasan dan objektif dalam memandang semua hal, karena sifat buruk seperti ini bahkan diwanti wanti pada beberapa ayat pertama kitab suci al-qur'an.
Lalu dengan mendukung tulisan ini dengan ayat suci al-qur'an, apakah ini termasuk kepada pengkultusan juga?, kan tidak semua orang percaya pada al-qur'an, alangkah baiknya anda mencurigai ini juga, mencurigai saya, dan mencurigai tulisan ini juga, saya sangat senang, jika ada koreksi dan saran boleh disampaikan langsung atau besok pagi atau kapanpun penulis sangat senang.
kembali lagi bolehkah kita mencurigai Tuhan?, kitab suci?, atau nabi?
Lah tulisan ini bersifat konstruktif atau justru memecah belah nih?, silahkan dikritik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H