Banten merupakan salah satu provinsi termuda di Indonesia. Jika ditelisik dari segi sejarah, Banten memiliki kekayaan ceritanya tersendiri akan masa lalu bahkan ketika kesultanan banten belum berdiri. Oleh masyarakat luar, Banten terkenal dengan nilai-nilai budaya yang mistis dan tertutup untuk ditelusuri. Kebudayaan Baten ibarat bawang bombay yang dikupas lapis demi lapis. Keunikannya tidak semudah melihat permata yang ditata pada sebuah tiara.
Biasanya lokasi-lokasi bersejarah memang tidak diperuntukkan untuk lokasi pariwisata karena pertimbangan kesakralan yang masih kental untuk dijamah masyarakat. Kebanyakan lokasi-lokasi makam maupun petilasan yang dikeramatkan masyarakatnya dijadikan tempat untuk berziarah. Salah satu titik yang memiliki nilai sejarah tinggi yaitu situs Banten Girang. Peradaban Banten Girang diperkirakan sudah ada bahkan sejak sekitar abad XI-XII (Guillot, 1990:12). Di sini terdapat makam keramat dua orang kakak beradik yang konon merupakan penganut muslim pertama di Banten Girang, yaitu Ki Masjong dan Ki Agus Ju. Biasanya pengunjung yang datang kemari bertujuan untuk ziarah.
Amat disayangkan. Pasalnya, pengunjung yang datang hanya untuk keperluan ziarah. Lalu bagaimana dengan kaum-kaum muda dan modern yang sudah tidak percaya dengan hal demikian? Saya rasa, lokasi seperti ini memiliki potensi yang amat tinggi untuk dijadikan lokasi wisata sejarah. Sayangnya, akibat terbentur nilai-nilai sakral membuat tempat ini seperti tersekat dan terasingkan dari masayarat luas. Sebenarnya, kaum muda di Banten terutama pendatang yang belum begitu mengenal seluk-beluk Banten tertarik untuk melirik kekayaan sejarah di Banten. Lalu mengapa kini yang tampak adalah gencarnya modernisasi seolah-olah membuat masyarakat buta akan bumi yang mereka pijak. Alih-alih nuansa mistis yang terkenal begitu kental, membuat keinginan itu hanya keinginan belaka dan tidak mengarahkan pada kontribusi yang lebih.
Jika kita mengingat bagaimana kondisi situs Banten Lama sekarang, terasa begitu miris. Tempat yang seharusnya menjadi sektor wisata budaya dan sejarah kebanggan Banten ternyata seolah terbengkalai. Seharusnya, tempat-tempat berpotensi seperti ini tidak hanya dijadikan tempat keramat semata. Sebab, untuk memperhitungkan nilai historis yang kental sebaiknya tempat ini mendapat perhatian lebih dari pemerintah mapun masyarakat luas untuk dijdikan sektor wisata budaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Banten. Selain itu, jika hal ini mendapat perhatian, perbaikan dan perawatan pasti Banten memiliki kekayaan wisata yang patut untuk dibanggakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H