Lihat ke Halaman Asli

Heti Novela

Lifestyle Blogger

Melanglang Buana melalui Cerita Rakyat

Diperbarui: 11 Januari 2021   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku dan Kijimuna (dok. pribadi, 2018)

Masa kecilku dipenuhi oleh cerita rakyat. Ketika sudah lancar membaca, buku cerita rakyat menjadi santapan sehari-hari. Kisah yang disajikan membawaku melanglang buana ke penjuru dunia. Tidak hanya cerita rakyat Indonesia namun juga cerita rakyat mancanegara. Sungguh mengasah imajinasi.

Cerita rakyat Indonesia sungguh beragam. Sebut saja Malin Kundang, Si Pahit Lidah, Sangkuriang, Timun Mas, Bawang Merah Bawang Putih, Jaka Tarub, Cindelaras, Roro Jonggrang, Roro Mendut, Lutung Kasarung, Kisah Telaga Warna, Ande-Ande Lumut, dan banyak lagi.

Melalui cerita rakyat tersebut, aku jadi mengenal kemajemukan budaya Indonesia. Indonesia tidak hanya terdiri dari satu suku ataupun satu agama saja. Keberagaman inilah yang membuat kita kaya.

Cerita rakyat mancanegara memacuku untuk menjelajah dunia. Mulai dari Goldilocks and the Three Bears, Herkules, Perseus, Aladdin, Ali Baba, Kaguya Hime, Hagoromo, Kisah Barongsai, dan sebagainya. Berawal dari cerita rakyat mancanegara, aku mempunyai cita-cita untuk berkelana ke berbagai negara dan berteman dengan penduduk setempat.

Dari membaca pelbagai cerita, aku menyadari ternyata ada kemiripan di antara cerita rakyat tersebut. Sebagai contoh, Jaka Tarub mirip dengan cerita rakyat Jepang, Hagoromo.

Sama-sama mengisahkan tentang seorang pemuda yang mengambil baju terbang/selendang milik bidadari, pemuda tersebut lalu jatuh hati pada bidadari tersebut dan memperistrinya. Bagaimana bisa cerita rakyat yang diturunkan dari mulut ke mulut pada jaman dahulu di dua wilayah yang berbeda memiliki kemiripan?

Cerita rakyat sungguh membawaku melanglang buana. Aku terpikat pada Kijimuna, cerita rakyat Okinawa. Kijimuna adalah peri nakal dari kepulauan Okinawa, bagian Selatan Jepang. Ia berkulit kemerahan dan berambut merah. Makanan kegemarannya adalah mata ikan. Oleh karena itu, ia senang membantu nelayan menangkap ikan di lautan Okinawa. Kijimuna tinggal di pohon Gajumaru, sejenis beringin.

Di tahun 2006, aku pertama kali belajar tarian Kijimuna untuk ditampilkan di festival budaya Jepang di Indonesia. Di tahun yang sama, aku membawakan tarian Kijimuna di Italia sebagai bagian dari pertunjukan pelajar internasional.

Tahun 2012, pertama kali aku bertemu dengan Kijimuna di Ryukyumura, Okinawa. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Melalui cerita rakyat, aku dapat menjalin persahabatan dengan berbagai bangsa di penjuru dunia. Itulah inti moralnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline