Lihat ke Halaman Asli

Catching Fire: Anak Muda Lambang Revolusi

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film yang dinantikan jutaan penggemarnya di seluruh dunia, tayang 22 November 2013 di bioskop Indonesia. “The Hunger Games: Catching Fire.” Diangkat dari novel laris karya Suzanne Collins, tahun 2013 ini bisa dibilang menjadi tahun yang lebih akbar buat seri The Hunger Games. Dibuat dengan bujet lebih besar, plot yang lebih padat, dan efek special yang menakjubkan. Namun jiwa utama film ini tetaplah Jennifer Lawrence yang berperan sebagai Katniss Everdeen.

Dalam film pertama Katniss Everdeenberhasil keluar sebagai pemenang Hunger Games bersama Peeta Mellark. Tapi kemenangan itu menyulut kemarahan Capitol. Kemenangan Katniss ternyata membangkitkan semangat pemberontakan di beberapa distrik untuk menentang kekuasaan tiran Presiden Snow. Presiden Snow mengancam Katniss untuk meredakan kegelisahan penduduk distrik. Satu-satunya cara untuk meredakan kegelisahan penduduk adalah membuktikan bahwa dia dan Peeta saling mencintai tanpa ada keraguan sedikit pun. Padahal sesungguhnya Katniss mencintai Gale.

Jika di "The Hunger Games" kita sudah diperkenalkan dengan Josh Hutcherson dan Liam Hemsworth, yang berperan sebagai Peeta Mellark dan Gale Hawthrone, di "Catching Fire" ada tambahan aktoryang berperan sebagai peserta yaitu Sam Claflin sebagai Finnick Odair dan Jena Malone sebagai Johanna Mason. Dua tokoh ini memiliki peran penting dalam pertarungan Katniss di  Quarter Quell alias pertarungan Hunger Games yang ke-75.

Dalam "Catching Fire", sutradara Francis Lawrence yang menggantikan sutradara Gary Ross dalam film pertama berhasil memampatkan cerita yang kaya plot ini dalam waktu hampir 2,5 jam. Namun semua adegan itu tak ada yang membosankan dan sia-sia. Skenarionya menghormati isi bukunya tapi tetap menjadikannya film yang utuh. Sebagai penggemar berat trilogi ini saya menyayangkan adegan di babak 3 alias di arena berlangsung terlalu cepat dan kurang menggali emosi Peeta dan Katniss. Tapi selain daripada itu, film ini sempurna menerjemahkan novelnya.

Film ini memang tentang Katniss. Jennifer Lawrence tak bercela memerankan Gadis yang Terbakar ini.  Penghargaan Oscar memang layak diterima gadis berusia 21 tahun ini. Dia yang menjadikan film ini berhasil. Saya tidak bisa membayangkan ada orang lain sebagai Katniss Everdeen. Ini adalah peran yang akan membuatnya dikenal seumur hidup. "Catching Fire" juga memperkenalkan nama desainer Indonesia ke ajang dunia karena gaun pengantin Katniss Everdeen merupakan rancangan desainer asal Indonesia, Tex Saverio.

Jika mau menonton "Catching Fire", jangan terlambat masuk ke bioskop karena film ini dibuka langsung dengan adegan dialog, tanpa ada credit title atau basa-basi lagu pengiring. Walaupun kebanyakan penonton pasti sudah tahu bagaimana cerita ini dimulai dan berakhir. Karena jutaan orang yang menantikan film ini adalah penggemar berat bukunya. Yang paling menarik adalah akhir film ini tetap  setia pada bukunya. Ditutup dengan ledakan besar yang membuat penonton berharap bisa langsung menyaksikan film berikutnya.

PS: Untungnya di film "Catching Fire" mereka menemukan kucing dengan warna yang tepat sebagai Buttercup, kucingnya Prim.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline