Lihat ke Halaman Asli

Menuju Pagi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

waktu itu aku tengah menerjemahkan rembulan
tampang pias dengan cahaya lingkar
diantara gemintang tersebar yang terkadang rasi
tengah bertengger bulat-bulat
sambil kutelanjangi malam hingga udaranya mengigil
sampai dinginnya melekat di permukaan jaketku

kutulis apa yang terucap dari bibirnya langit
apa saja yang bersenandung sepanjang lagu menuju pagi
mungkin para kekasih tengah menatap langit yang sama
jauh diantara perpisahan letak yang berbeda
lalu meletakkan rindu pada doa-doa
atau seorang bocah yang tengah merengek pada ibunya
untuk mengambilkan bulan yang tengah bersinar bingar

secangkir kopi yang banjir pun kulirik telah nampak surut
entah sudah berapa kali hujannya hitam melingkar penuh dicangkir itu
dan kelopak mata yang menggantung dijerat kafein
mata yang menyala ditengah gelapnya malam

aku tahu langit gradasi sedang merangkak di langit
ketika adzan subuh tengah meletakkan suaranya yang sayup-sayup di gema penjuru langit
lalu kutatap rembulan telah berganti hati
tak lagi di petak langit kumenatapnya semula

rupanya detik-detik telah terkumpul membiru
di batas langit itu dua warna nampak tengah beradu
hitamnya langit  berangsur biru
rembulan tengah digusur matari
yang sinarnya hendak memenuhi pagi


sepenuh hatiku menuju pagi

2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline