Lihat ke Halaman Asli

Beku

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sepanjang riuh pawai luka dan rindu terlanjur getar berdawai
rentang antara luruh peluk dan muram jalanan lengang-kita kenang
kawan, adakah bebisuan itu menyimpan kesumat rapat-rapat
sementara kau tahu kapal-kapal tak nyali berlayar karena badai yg entah siapa anginnya

jaman menggelinding bagai bola salju pada putih-putih curam jalan yg tertempuh sendiri-sendiri
sementara kita meluka duri-diri semakin jauh disekat waktu waktu yg jalan di antara persimpangan berpencar
kabarmu pada terbang pesan-pesan merpati serasa angin menguap udara
entah kemana dirimu menaruh seisi waktu yg dulu kita teramat satu

lalu, kuingat segalanya pernah begitu megah saat sekujur kita adalah rembulan terang yg benderang
kemudian perbedaan-perbedaan mulai perang menabuh genderang
seketika cuaca berganti begitu lekasnya, kawan yg hujan digusur kerontangnya dendam

kini apa kabarnya dunia seluruhnya pada dirimu
kau dan aku berbaris pada garis panjang cerita
kisah kesah pada lukanya hati diantara kita
lalu semua tanya terbujur gigil dingin pada sekujur kita

dulu,

menggumpal

dingin berkumpul

beku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline