Masa tuanya nenek Ratih, tidak membuat dia semakin manja karena fisik yang sudah lemah dan tinggal seorang diri. Dia justru menjadi sosok tua yang kuat. Jika ditanya apa rahasianya dia akan jawab singkat.
"Karena ini."
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam sudah larut. Nenek Ratih telah mematikan lampu kamar dan menyalakan kembali lampu copok yang dipakai sebagai penerang dalam tidurnya. Dia mengaku tak bisa gelap saat tidur. Namun dia pun tak bisa menggunakan lampu listrik sebagai penerang dalam tidurnya. Maka, lampu copok yang dibuat sederhana itu menjadi teman tidur diusianya sudah semakin tua.
Masa tuanya Nenek Ratih tidak membuat dia semakin manja karena fisik yang sudah lemah dan tinggal seorang diri. Dia justru menjadi sosok tua yang kuat. Jika ditanya apa rahasianya dia akan jawab singkat.
"Karena ini."
Sambil menunjukkan sirih pinang yang ditaruh dalam keranjang anyaman dari lontar yang selalu berada di sampingnya. Hatta saat tidur pun keranjang lontar itu dibawah. Katanya kalau bangun tidur tanpa sirih pinang ia tak bisa hidup.
Hari ini genap tiga bulan setelah panen kelapa Madam Nanik. Dipanggil Madam karena dia lah orang paling banyak memiliki kebun. Dari kebun kopi, cokelat, kelapa, hingga tanaman penyambung hidup dan pengisi perut saat lapar. Ada pisang, ubi, dan berbagai biji-bijian dan sayuran ditanam beliau. Entah ada berapa hektar lahan yang beliau miliki. Tapi, sayang Madam dikenal seorang yang pelit, meskipun memiliki kebun yang berhektar-hektar.
Pagi itu Wak Muhrim dan wak Munir sudah siap dengan golok di pinggangnya. Dengan telanjang dada, dua orang yang biasa disebut penaek itu sudah siap untuk bekerja.
Penaek adalah sebutan bagi orang yang sudah ahli memanjat kelapa. Jasa mereka biasa dipakai saat musim panen kelapa tiba.
Bayarannya pun didapatkan dari banyak buah kelapa yang dijatuhkan. Dengan bonus beberapa kelapa kering dan kelapa muda untuk keluarga di rumah.