Lihat ke Halaman Asli

hesty Gorang

Buku gudang ilmu

Jangan Tergiur dengan Kenikmatan Dunia

Diperbarui: 14 Januari 2021   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Usai shalat subuh saya melihat rumah saya yang sudah mulai lengkap dengan perabotan rumah tangga, rumah juga suda mulai bagus dengan ditambah dapur yang dilengkapi wastafel, teras depan yang awalnya hanya beratap daun kelapa sudah diganti dengan spandek. Lebih bersih dan rapi. Dan tentunya kelihatan lebih mewah dalam pandangan saya. yah, meski baru setengan perjalanan, kramiknya pun masih setengah yang dipasang.

Ucapan syukur tak henti-hentinyasaya ucapkan atas apa yang diberikan Tuhan di awal tahun ini. Selain beberapa hal di atas, di awal bulan tahun baru ini saya juga dapat sebuah lemari seharga 2jutaan, perlengkapan dapur seperti piring, gelas, cangkir, mangkuk dan sendok, dan semua itu saya dapatkan tanpa hutang.

"Semua ini hanya duniawi, jangan bangga, jangan sombong." Batinku

Sobat semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan Tuhan, yang usianya sementara seperti halnya usia kita. Semua yang diberikan Tuhan ini membuat saya bahagia, dan juga takut. Kenapa? Takut, kalau-kalau semua ini membuat pribadi saya menjadi riya', merasa diri paling bahagia, dan merasa serba ada. Bagaimana tidak? Dimasa dunia sedang menangis dan berduaka betapa banyak kejutan yang terus Allah berikan untuk keluarga saya. Masih bisa merasakan kenikmatan-kenikmatan yang saya rasakan. Dapat jalan-jalan ke kebun binatang bersama keluarga, makan di warung walaupun dengan harga murah, karena ada orang yang masih berharap bisa makan dengan berbagai macam cara. Di sana-sini mereka berkata tentangku.

"Enak sekali hidupmu, di masa. seperti ini masih saja bisa jalan-_jalan, bisa saja beli ini dan itu, sedangkan kami mau makan enak saja mikir."

Kalimat itu membuat saya selaku membatin.

"Tuhan, jangan jadikan saya seorang yang sombong dengan kenikmatan yang kau berikan, jangan jadikan saya lupa bahwa semua ini hanyalah pinjaman yang tak akan dibawa ke akhirat nanti. Semua ini hanya pinjaman dari-Mu Tuhan."

Jangan mudah tergiur sobat, kita hanyalah tamu di dunia ini. Yang hanya mampir sementara menikmati kenikmatan setiap detik dan waktu yang berjalan. Kenikmatan ini untuk disyukuri bukan untuk di sombongkan, apalagi untuk dijadikan jalan kita lupa pada-Nya. Sobat, kita ibarat penunggu toko yang akan beristirahat jika datang waktu untuk beristirahat. Dan akan bangun untuk diminta pertanggungjawaban oleh pemilik toko. Berapa barang yang terjual kita serahkan. Berapa barang yang rusak kita tanggungjawabkan. Begitulah akhir kehidupan kita nanti.

Langkah demi langkah sudah di atur nilainya, akan ditimbang beratnya. Akan diminta ke mana kita telah melangkah. Harta benda, keluarga, beserta segala apa yang kita miliki perlu dijaga. Dengan jalan sedekah dan kebaikan.

Jangan sekali-kali berpikir bahwa kebahagiaan adalah sebuah nikmat semata, melainkan ia juga ujian. Ujian akan tingkat ibadah kita. apakah dengan kebahagiaan dan nikmat terasebut kita semakin dekat dengan Allah, atau malah semakin jauh dari-Nya. Jika, hingga hari ini kita terus ditimpa kebahagiaan tanpa masalah, maka berhati-hatilah. jangan sampai Tuhan memberikan kita kebebasan tanpa ingat pada-Nya. ini merupakan sebuah bencana. Saat kita menadapatkan apa yang kita inginkan dan melupakan-Nya, ini adalah suatu tindakan yang fatal. Bisa saja Allah kembali merenggut apa yang sedang kita nikmati, bahkan nyawa kita sekalipun. Ingat, dan teruslah ingat. bahwa, "SEMUA YANG AA DI DUNIA INI HANYALAH PINJAMAN, TERMASUK NYAWA KITA". Jangan mudah tergiur sobat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline