Lihat ke Halaman Asli

Jebakan Algoritma Radikal

Diperbarui: 11 Agustus 2024   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

okezone

 Para generasi muda saat ini yang lahir sudah mengenal teknologi informasi, sering tidak sadar jika dirinya  sudah terjebak pada kumparan informasi  yang salah.  Seringkali mereka mengira, informasi yang mereka terima itu adalah sebuah kebenaran tanpa mengeceknya lebih lanjut.

Banyak generasi Z mauoun generasi Alpha, aktif di media sosial Instagram dan Tik tok, facebook, Twitter ataupun Youtube. Media sosial itu memberikan banyak konten kepada khalayak. Baik konten positif maupun konten negatif.   Di mata awam, konten positif dan negatif ini bercampur menjadi satu karena seringkali bersliweran di time line mereka.

Semakin banyak mereka mencari sesuatu yang mungkin bersifat negatif , maka makin banyak info negatif yang mereka dapatkan. Semakin mereka tidak mengetahui info positif dan tidak pernah mengkliknya, maka dia akan dijauhkan dari info positif itu. Semisal kita klik, berita-berita yang bersifat intoleran, maka berita-berita sejenislah yang akan sering bersliweran di time line mereka. Sampai pada akhirnya berita intoleran itu dipandang sebagai kebenaran dan bukan suatu hal yang salah atau negatif.

Itulah yang secara teknis kita namakan algoritme. Sebuah mekanisme mesin yang menyajikan apa yang mereka sukai meski itu bukan suatu kebenaran. Semakin seseorang sering menghabiskan waktu pada tipe-tipe konten semacam itu maka semakin dia terjerembab pada konten yang salah.

Video-video penuh emosi tentang "ketidakadilan" dan "perjuangan" mulai mendominasi  time line nya.  Algoritma ini, yang dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna, malah membawa seseorang ke jurang radikal bahkan terorisme.

Hanya perlu waktu singkat kemudian seseorang bisa bergabung dengan grup diskusi di Telegram dengan anggota para simpatisan radikal. Di sini para simpatisan berkumpul, berbagi pandangan dan kemudian menemukan dirinya pada aksi-aksi radikal.

Para generasi muda yang tidak awas, konten-konten radikal itu berisi ideologi yang mungkin saja menurutnya wajar (normal) dan dapat diterima. Inilah kemudian menjadi fase penting bagi generasi muda dalam hal ini Z terpapar ideologi radikal.

Penting sekali bagi mereka untuk mengenali konten-konten negatif dalam jebakan algoritma. Agar mereka tidak terjebak pada  pengajaran-pengajaran radikal yang sering dikonsumsi para teroris muda yang akhir-akhir ini dikenal melalui penangkapan penagkapan aparat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline