Lihat ke Halaman Asli

Bentuk Solidaritas Kita Haruslah Benar

Diperbarui: 12 Maret 2020   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tempo.co

Pernahkan kita mencintai seseorang? Semua hal tentang cinta biasanya disertai dengan rasa suka dan empati terhadap yang kita sukai. Kita akan merasai sakit dia sedang sakit, atau gembira jika dia sedang bergembira.

Ada kalanya ada pihak yang mengganggu orang yang kita cintai itu. Jika itu terjadi maka kita biasanya akan marah atau bahkan menantang untuk berduel satu lawan satu demi "melindungi"pujaan hati itu. Itulah gambaran rasa suka kita terhadap seseorang pada umumnya. Kita akan marah jika kita melihat dia terganggu dengan sikap orang lain.

Jika kita terapkan hal itu pada sesuatu, semisal agama maka yang ada adalah fanatisme yang sempit. Kita akan terganggu dengan kondisi yang merusak agama yang kita anut, secara logika kita akan berusaha untuk membela agama yang kita anut itu meski dengan cara yang salah.

Contoh yang paling nyata adalah terjadinya bom Bali. Para pelaku merasa apa yang terjadi di Bali (tingkah laku para turis yang notabene tidak sama dengan agama pelaku) yang sering di luar batas kesopanan, dan diyakini oleh pelaku bahwa akan merusak Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Karena itu menurut mereka, para turis yang dalam hal ini kafir harus dimusnahkan dengan mengebom mereka.

Seperti kita tahu bom Bali pertama dan kedua menimbulkan korban ratusan jiwa yang tidak saja para turis tapi juga orang lokal Indonesia termasuk beberapa orang pekerja klub yang punya agama yang sama dengan pengebom.

Bom Bali adalah contoh nyata bagi tindakan pembelaan dan solidaritas yang salah. Pengebom merasa bahwa dengan mengebom adalah tindakan pembelaan mereka terhadap agama mereka. Tapi sebenarnya tindakan itu amat merugikan orang lain, apalagi banyak dari para korban adalah kepala keluarga ; pencari nafkah bagi keluarga mereka.

Karena itu, jika melakukan pembelaan dan solidaritas berdasar agama haruslah bersandar pada kesantunan dan keadaban. Solidaritas adalah cara untuk membantu pihak lain dan bukan melakukan kekerasan demi balas dendam. Jika ada yang dirasa salah (misalnya terganggu dengan kelakuan para turis itu) maka kita bisa mendiskusikannya dengan pihak pemilik atau mengambil jalur hukum dan bukan mengebomnya.

Marilah kita bersama membangun solidaritas atas dasar kesantunan dan keadaban sebagai manusia dan warga negara Indonesia dengan cara yang benar. Caranya? Dengan fokus dengan kepercayaan kita sendiri dan tidak menganggu penganut kepercayaan lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline