Mungkin beberapa dari kita melihat film karya Hanung Bramantyo yang berjudul Bumi Manusia yang disadur dari novel berjudul sama karangan Pramudya Ananta Toer. Novel itu memang epic, klasik dan peredaran bukunya pernah dilarang pada masa orde baru.
Banyak orang terutama para millenials yang merasa mengerti isi cerita tetapi tidak terlalu paham soal konteksnya. Siapa sebenarnya Minke, sang tokoh utama pada cerita itu ? Dan apa sebenarnya konteks sejarah yang melingkupinya ? Kenapa Minke punya tekad dan perjuangan seperti itu ?
Sebenarnya, pada Bumi Manusia, Pramudya bercerita tentang RM Tirto Adhi Surjo yang merupakan anak bangsawan dengan pendidikan yang cukup baik.RM Tirto Adhi Surjo adalah buyut dari artis senior, Dewi Yul.
Awalnya dia bersekolah di ELS dimana banyak orang Belanda bersekolah di sana sehingga Tirto mampu berbahasa dan menulis Belanda dengan baik. Dia kemudian melanjutkan ke STOVIA tetapi tidak selesai.
Karena Tirto seorang bangsawan dan banyak berhubungan dengan Belanda maka lingkungan nya adalah elit dan serba Belanda. Masa-masa 1900 an itu, Tirto tidak merasa bahwa bangsanya merupakan jajahan dari Belanda karena Tirto sering berada di lingkungan Belanda.
Lalu perasaannya berubah ketika dia yang pandai menulis artikel diminta seorang teman Belanda untuk menulis dalam bahasa Melayu. Dia merasa terhina menulis dalam bahasa Melayu karena tidak pernah dilakukannya. Dia selalu berbicara dan menulis dalam bahasa Belanda. Lalu sang teman beralasan bahwa dengan menulis dalam bahasa Melayu, tulisan-tulisan Tirto dapat dimengerti dan menjadi semangat bagi para pribumi. Teman Belanda itu seakan menyadarkan bahwa pribumi perlu disadarkan atas kondisinya dan hak-haknya.
Mulailah Tirto berjuang dengan menulis keadaan pribumi dan perjuangan mereka terhadap pendudukan Belanda. Pada zaman itu pribumi sangat ditekan oleh colonial Belanda dan kemerdekaan adalah satu-satunya jalan bagi pribumi untuk dapat menentukan nasib mereka sendiri. Perjuangan Tirto melalui tulisan itu tidak mudah dan seperti dikemukakan di film perjuangan itu sangat berliku demi menemukan kemerdekaan itu sendiri.
Jauh setelah masa itu Tirto kemudian diangkat sebagai pahlawan pers Indonesia yang cukup disegani karena dengan segala karya, Tirto berjuang demi Indonesia. Inilah yang diapresiasi oleh Pramudya Ananta Toer dan menyadur sebagian riwayat hidupnya menjadi sebuah karya yang memukau.
Sampai saat ini pers diharapkan juga punya peranan penting untuk selalu mengawal bangsa dalam menapaki kemerdekaan yang sudah berumur 74 tahun ini. Seperti halnya apa yang dilakukan Tirto, untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang berkeadilan dan makmur juga perlu masukan dan kritikan sehingga kita bisa menjadi bangsa mandiri dan berkeadilan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H