Perang melawan radikalisme dan terorisme memang tidak pernah ada habisnya. Satu persatu pelaku ditangkap, tapi satu persatu pula muncul generasi baru. Meski para pelaku sudah dipenjara, tapi ideologi radikalisme tak bisa dipenjara, karena terus menyebar kedalam pemikiran generasi muda kita. Kemajuan teknologi telah dimanfaatkan kelompok radikal, untuk menyebarluaskan pemahamannya yang salah.
Media sosial telah dijadikan 'alat' propaganda yang efektif, dan secara tidak langsung digunakan untuk melakukan perekrutan. Sementara ruang publik dunia maya ini, nyata-nyata terus mendapatkan perhatian tersendiri bagi generasi muda. Karena media sosial menawarkan hal yang baru bagi anak muda millennial saat ini.
Salah satu yang menjadi perhatian bersama adalah, masifnya ujaran kebencian di dunia maya. Ujaran kebencian inilah yang kadang ditelan mentah-mentah oleh sebagian pihak. Apalagi jika ujaran kebencian ini dibumbui sentimen SARA, berpotensi membuat konflik terjadi secara terbuka. Untuk itulah diperlukan sebuah upaya dan komitmen bersama, untuk melawan radikalisme di era millennial ini. Generasi muda diharapkan menjadi generasi yang aktif, dan harus memberikan kontribusi positif bagi negeri ini. Jangan mau menjadi generasi pasif, yang bisa dipengaruhi oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan kedamaian di negeri ini.
Di era yang serba modern ini, diperlukan strategi yang efektif, untuk melawan radikalisme dan terorisme. Jadilah generasi yang menjadi agen perubahan dan penyeru kebenaran. Aktualisasikan diri kalian dengan pemahaman agama yang benar, yang berdiri pada posisi menolak radikalisme. Jika pada diri kalian sudah tidak persoalan, saatnya menjadi agen perubahan, minimal pada keluarga dan lingkungan. Jika pemuda bisa melakukan hal ini, secara tidak langsung sudah aktif mendukung program deradikalisasi pemerintah. Dan untuk melengkapi semua itu, pemuda juga harus menjadi penyeru kebenaran, jangan menjadi penyeru kebencian. Dengan menyeru pada kebenaran, masyarakat akan tidak mudah terpengaruh informasi yang menyesatkan.
Jika melihat fakta yang ada, generasi muda memang menjadi sasaran empuk kelompok radikal dan teroris. Anak muda yang memiliki keberanian dan masih menjalani proses pencarian jati diri, akan mudah dijadikan korban jika tidak membekali diri dengan pemahaman agama yang benar dan kecerdasan. Karena itulah, menjadi generasi yang kreatif dan inovatif, merupakan salah satu cara menjauhkan diri dari praktek intoleran. Di era teknologi seperti sekarang ini, buatlah aplikasi yang digemari oleh anak muda lain. Buatlah aplikasi atau karya yang bermanfaat, yang bisa menyebarkan bibit perdamaian.
Jika kalian gemar bermusik, maka buatlah musik yang menyuarakan anti radikalisme dan terorisme. Jika gemar menulis, maka tulislah pesan-pesan damai. Dan jika kalian gemar menggambar, maka buatlah visual yang menggambarkan keberagaman negeri ini. Buatlah karya yang menggambarkan keberagaman dalam perbedaan. Karena memang begitulah negeri kita, Indonesia. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Dan generasi muda, merupakan tonggak pemersatu keberagaman negeri ini. Meski sekarang tidak ada lagi perang seperti jaman kemerdekaan, tapi perang yang terjadi adalah perang pemikiran. Maka jadilah generasi yang cerdas, agar tidak kalah perang dalam hal pemikiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H