Suara adzan berkumandang dari atas menara masjid, memecah kesunyian fajar yang mulai merekah. Di sebuah sekolah berasrama yang terletak di tengah-tengah perbukitan yang indah, tinggalah seorang anak laki-laki bernama Aryan. Ia adalah anak yatim piatu yang dipisahkan dari keluarganya dan dimasukkan ke sekolah berasrama setelah kematian orangtuanya.
Suasana sekolah begitu asing baginya. Semua murid yang datang dari berbagai daerah tampak bahagia dan bergembira. Namun, Aryan merasa sendirian dan hampa. Ia merindukan kehangatan keluarga yang dulu selalu mengisi setiap sudut rumahnya.
Suatu hari, di malam hari, ketika bulan dan bintang bersinar cerah, Aryan duduk di bawah pohon tua yang mengingatkannya pada pohon besar di halaman rumahnya. Ia menangis dalam diam, rindu yang mendalam menyelimuti hatinya.
Tiba-tiba, seorang kakak kelas, bernama Raja, datang menghampirinya. Raja adalah seorang murid yang ceria dan ramah. Ia melihat Aryan menangis dan duduk di sebelahnya dengan lembut.
Raja: (mengusap punggung Aryan) Hei, mengapa kamu menangis?
Aryan: (menghapus air matanya) Tidak apa-apa, kak. Saya hanya merindukan rumah dan keluarga saya.
Raja: (merangkul Aryan) Saya mengerti, Aryan. Saya juga merasa kesepian saat pertama kali masuk ke sini. Tapi, percayalah, kelak kamu akan menemukan keluarga baru di sini. Kami semua adalah keluarga.
Aryan: (ragu-ragu) Tapi, mereka tidak seperti keluarga saya. Mereka tidak tahu betapa saya merindukan pelukan ibu dan kehangatan ayah.
Raja: (tersenyum lembut) Aku tahu bagaimana perasaanmu. Tapi, jangan lupakan, di setiap langkah hidup kita, ada orang-orang yang menyayangi kita. Walaupun mereka bukan keluarga darah, mereka bisa menjadi keluarga pilihan yang tak kalah berharga.
Aryan: (menatap Raja) Apakah kamu seperti itu, kak?
Raja: (tersenyum lebih lebar) Tentu saja. Sekarang, mari kita lihat langit malam ini. Cobalah untuk merasa bahwa langit adalah pelukan dari orang-orang yang menyayangi kita, termasuk orangtuamu di surga. Kita tidak sendirian, Aryan.