Lihat ke Halaman Asli

Hesti CS

Bank Indonesia

6 Kerangka Pengembangan Infrastruktur Pasar Keuangan

Diperbarui: 28 Desember 2023   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Periode digitalisasi yang dicirikan oleh reformasi dalam sistem keuangan global membuka sejumlah tantangan baru bagi sektor keuangan. Modernisasi infrastruktur pasar keuangan dianggap sebagai respons terhadap evolusi pasar keuangan yang tengah berlangsung. Peningkatan kebutuhan pembiayaan ekonomi, yang merupakan bagian dari upaya mencapai visi Indonesia Maju, menjadi tanda bahwa pasar keuangan Indonesia perlu menyelaraskan langkah-langkahnya untuk mengatasi tantangan yang muncul.

Kerangka Pengembangan Infrastruktur Pasar Keuangan BI

Pentingnya peran pasar keuangan sebagai sumber dana untuk ekonomi dan sebagai sarana untuk menyampaikan kebijakan moneter, fiskal, dan makroprudensial tidak dapat diabaikan. Pasar keuangan yang memiliki kedalaman dapat menjadi pendorong utama percepatan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu ciri khas dari pasar keuangan yang memiliki kedalaman adalah ketersediaan infrastruktur yang mampu meningkatkan efisiensi dalam operasionalnya. Guna memenuhi tantangan tersebut, Bank Indonesia menyusun kerangka pengembangan pasar keuangan guna meningkatkan efisiensi, transparansi, dan governance terhadap transaksi pasar keuangan, yaitu:

1. Systemically Important Payment System (SIPS)

Systemically Important Payment Systems (SIPS) adalah sistem pembayaran yang memiliki karakteristik bahwa kegagalan yang terjadi pada sistem tersebut dapat berpotensi membahayakan jalannya perekonomian secara keseluruhan.

Secara umum, ini adalah sistem kliring pembayaran utama atau sistem penyelesaian bruto real-time pada setiap negara. Jika terjadi kegagalan bank, kepatuhan terhadap aturan pengoperasian SIPS harus mencegah efek domino, di mana kewajiban pembayaran bank yang gagal akan berdampak terhadap bank yang mampu membayar utang.

2. Central Counterparties (CCP)

Selanjutnya, Central Counterparties atau CCP yang merupakan suatu lembaga yang memosisikan dirinya antara pihak yang melaksanakan Transaksi Derivatif SNBT. Dengan demikian, lembaga ini akan berperan sebagai pembeli bagi pihak penjual, dan menjadi penjual bagi pihak pembeli.

CCP memiliki peran penting dalam mengurangi risiko sistemik melalui perannya sebagai penyelenggara kliring, penjamin transaksi, dan pengelola proses manajemen risiko transaksi di pasar keuangan.

Kehadiran CCP diharapkan dapat mengurangi risiko transaksi di pasar keuangan dengan mencegah kegagalan pelaksanaan atau penyelesaian transaksi (default) yang berpotensi menimbulkan efek domino atau risiko sistemik.

3. Securities Settlement System (SSS)

Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) merupakan infrastruktur penatausahaan transaksi dan surat berharga secara elektronik. BI-SSSS menjadi sarana penatausahaan surat berharga secara elektronik secara online antara Peserta, Penyelenggara dan sistem Bank Indonesia -- Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

BI-SSSS mengintegrasikan sistem transaksi Bank Indonesia dan sistem penatausahaan surat berharga, yang meliputi kegiatan sebagai berikut Operasi pasar terbuka (OMO), Fasilitas pendanaan BI bagi perbankan, serta Transaksi Surat Berharga Negara (SBN) untuk dan atas nama Pemerintah.

4. Central Securities Depository (CSD)

Central Securities Depository (CSD) adalah organisasi keuangan khusus yang menyimpan sekuritas seperti saham, baik dalam bentuk bersertifikat atau tidak bersertifikat (dematerialisasi), sehingga kepemilikan dapat dengan mudah ditransfer melalui pencatatan buku dibandingkan dengan transfer sertifikat fisik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline