Lihat ke Halaman Asli

Menabung di Bank?

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tulisan ini adalah salah satu essay yang diikutsertakan dalam lomba menulis Essayt yang diadakan oleh Lembaga Simpan Pinjam (LPS). berikut tulisanya...

Apakah kita harus menabung uang sebanyak mungkin? Kalau kita pikir dengan menabung uang kita menyimpan kekayaan, pikir ulang. Suatu hari ada seorang yang tadinya miskin perlahan-lahan dengan bekerja keras berhasil menjadi kaya. Iapun ingin menikmati kekayaannya. Caranya? Dengan menabung. Karena jaman dulu belum ada bank, ia menukar semua hartanya menjadi emas. Ia diam-diam menggali halaman rumah belakangnya, dan menimbun emasnya di situ. Saat dia ingin menikmati kekayaannya, ia pergi ke belakang rumah, menggali harta karunnya, dan menikmati pemandangan tumpukan emas. Demikian ia lakukan untuk menikmati kekayaannya. Suatu hari seorang pembantunya mencurigai dan membuntuti tuannya itu. Dan ia mengetahui apa yang terjadi. Tengah malam ia berhasil menggali dan mencuri harta karun tuannya, dan kabur di kegelapan malam. Suatu saat tuannya kembali, dan betapa kagetnya saat ia menemukan emasnya sudah tiada. Iapun menangis meraung-raung. Sampai seorang tetanggapun datang. Setelah ia menceritakan kemalangannya, tetangganya memberikan saran. “Mengapa engkau tidak mengambil batu-batu dan mengisinya ke lubang ini. Tiaphari anda bayangkan batu itu emas.” “Kalau engkau tidak bermaksud menggunakannya, hanya menimbunnya di lubang ini, emas itu tidak ada beda dengan batu”, jelasnya. Uang itu sebenarnya kertas berharga. Kertas yang dianggap mewakili suatu kekayaan. Meskipun hari ini tidak ada yang tahu lagi apa jaminan bahwa kertas itu memiliki sesuatu yang berharga. Saat kita menyimpan uang, entah di bank entah di safety box, kita hanya mendapat tanda terima. Di buku tabungan kita itu ada tulisan bahwa kita memiliki uang di account itu. Dan uang kita diam di situ. Orang bilang uang kita di bank itu akan digunakan bank untuk investasi. Itu sebenarnya tidak benar. Bank meminjamkan uang sebagai kredit. Tapi jarang sekali untuk investasi. Lebih digunakan untuk membantu cash-flow perusahaan atau memberi kredit konsumsi pada masyarakat. Dan sebagian besar dana kita didepositokan ke Bank Sentral. Kalau bank sentral memberikan suku bunga 7% maka bank memberikan suku bunga 6%, sehinnga bank untung 1%. Point saya, uang yang disimpan itu tidak banyak beda dengan setumpuk kertas. Selama kita hanya ingin menikmati perasaan banyak uang, maka kita tidak banyak beda dengan orang dalam cerita tadi. Jadi bagaimana? Saya pikir uang kita itu harus di sebar. Harus digunakan. Harus dimanfaatkan. Kita harus belajar berinvestasi. Kita harus belajar memanfaatkan uang untuk mendorong produktivitas. Menabung semua uang kita di bank itu bukan cara yang baik. Lebih b aik ditabung dalam bentuk-bentuk produktif. Bahkan sampai ke investasi intangib le seperti ilmu, jaringan, persahabatan, kekerabatan, saqmpai pada reputasi. Sebenarnya tabungan sudah merupakan jasa yang harus dibeli nasabah. Dengan menabung, nasabah memiliki banyak keuntungan, seperti keamanan dan kemudahan bertransaksi, karena tidak harus membawa uang tunai ke mana-mana. Di negara maju seperti Jepang hal inilah yang terjadi. Tabungan dipahami bukan lagi tempat menggandakan uang, tetapi hanya sekadar cadangan uang tunai mengantisipasi keperluan transaksi segera atau mendadak. Untuk investasi, dana biasanya ditaruh dalam deposito atau produk pasar modal. Namun faktanya, perbankan juga kerap memanfaatkan pengetahuan para penabung Indonesia yang umumnya masih awam. Tabungan amat berarti bagi perbankan. Sebab, tabungan merupakan dana murah. Hampir semua orang tahu makna dan tujuan menabung. Yah, dari kita kecil sudah ditanamkan konsep untuk berhemat dan menabung. Biasanya tujuan menabung adalah untuk menyimpan sejumlah uang untuk tujuan tertentu. Tujuan disini tentu beragam tergantung dari pribadi masing-masing, misalnya untuk mempersiapkan membeli kendaraan, persiapan dana untuk membeli rumah, menikah, atau bahkan hanya sekedar menyisihkan uang gaji agar tidak terpakai seluruhnya untuk keperluan yang mendadak. Masalah nya sebagian besar masyarakat kita khusus nya di Indonesia untuk menabung atau investasi adalah hal nomor dua dan Jarang sekali di lakukan, orang mau menabung jika dan hanya jika ada uang lebih padahal jika kita berpikir seperti itu tidak tidak akan pernah menabung. orang orang yg mengutamakan untuk menabung/inverstasi sangat sedikit di Indonesia. Dari sedikit orang yg menabung ini juga kurang tepat untuk memilih tabungan / tempat investasi nya karena kita ketahui nilai Inflasi di Indonesia sangat tinggi. Jika kita menabung di bank atau deposito masih kalah tinggi bunga nya jika di bandingkan dengan inflasi yg terjadi di indonesia. Bisa di pastikan Jika orang orang yg bekerja dan menomor duakan untuk menabung/investasi tidak akan pernah bisa untuk mencapai impian nya, karena kita akan selalu terlambat untuk menabung. Untuk itu hal yang perlu di tekan kan di sini ubahlah pikiran kita dan menjadikan menabung adalah pertama dan utama, baru memenuhi kebutuhan kita. Bisa tidak bisa kita harus bisa menabung untuk masa depan kita. Karena jika kita mau berpikir sejenak jika kita kelak sudah pensiun apa kita akan membebani anak cucu kita? Bayangkan saat kita pensiun kita bisa hidup mandiri dari hasil tabungan kita dan tidak membebani anak anak kita. Kesejahteraan kita di masa depan adalah sikap kita mau atau tidak untuk menabung saat ini. Sekaranglah Anda harus memulai untuk menabung. Banyak orang gagal melakukan dan tetap menabung karena mereka memaksakan dirinya dengan jalan mengurangi kebutuhan setiap bulan. Mereka memangkas sedikit pengeluaran di sini dan di sana. Walau sudah melakukan hal itu tetap saja mereka hanya dapat menyisihkan sedikit setiap bulan. Mungkin ada baiknya bila Anda merubah skenario menabung. Bila dipelajari Anda membayar orang lain terlebih dahulu bukannya diri Anda sendiri. Anda membayar tukang roti bila Anda membeli roti, Anda membayar tukang potong rambut langganan Anda apabila selesai menata rambut Anda. Tapi pertanyaan, kapan Anda membayar untuk diri Anda sendiri? Saya menyadari bahwa menabung bukanlah perkara berapa besar penghasilan/gaji yang kita punya. Menabung adalah keinginan/komitmen diri untuk menyisihkan sebagian dari apa yang kita terima ke dalam suatu instrumen keuangan yang secara sadar kita pilih : Perbankan (Tabungan-deposito); Asuransi atau reksadana dan bursa (saham atau komoditas); bahkan investasi real seperti emas dan tanah/properti. Menabung haruslah menjadi gaya hidup semua orang yang ingin menyiapkan masa depan. Menabung sendiri berarti menyicil bagi Masa Depan yang kita rencanakan.  menabung demi masa depan berarti kita sudah menabung masa depan yang siap kita wujudkan. Kita mesti lebih bangga telah mempunyai tabungan daripada bergaya dengan semua barang konsumtif yang semestinya bisa kita tunda peruntukannya. Kita tidak perlu harus bergelar S2 atau S3 atau bekerja di perusahaan yang bonafide atau mempunyai jabatan pekerjaan yang hebat untuk mulai menabung. menabung adalah gairah hidup bagi semua orang yang  ingin mempunyai masa depan. maka mulailah menabung, jangan ditunda. Menabunglah sekarang juga! Cobalah membiasakan diri menyisihkan secara rutin penghasilan Anda dalam pilihan instrumen keuangan yang Anda pahami. Menabunglah di bank agar uang yang kita simpan aman selalu dari para penjahat. Menabung di bank mungkin akan memberikan kita keuntungan bunga bank atau bagi hasil usaha karena uang yang kita setorkan digunakan pihak bank untuk investasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline