Sebagaimana cerita dan sejarah tentang puluhan tahun lalu, zaman boleh berubah namun belum tentu dengan alur pikir atau nalar yang berlaku saat ini. Sejarah perang Padri atau gerakan Puritan memvonis yang tidak sepaham dengan sebutan kaum kafir sehingga halal dilenyapkan. Terkini, tampak kembali pada psikologi sosial atas trauma masa lalu. Orang akan lebih takut atau lebih marah bila disebut Komunis dari pada ia disebut Kafir. Mungkin karena (logika awamnya), Komunis identik dengan Atheis (tak percaya adanya Tuhan). Dan tafsir atas Kafir karena seseorang telah murtad atau pindah ke Tuhan yang lain atau ke lain Tuhan.
Sekalipun begitu, bagi kelompok yang hobi mengkafirkan (takfiri), keduanya wajib dijihadi karena tidak sepemahaman. Andai kabar kebangkitan Komunis adalah benar, maka kaum Takfiri setidaknya akan berhadapan dengan dua legiun, Komunis dan Kafirun. Padahal menyandang gelar beragama juga penuh beban, sebab ia terikat kontrak ajaran agama. Ia harus ke tempat ibadah menyembah Tuhan, atau menjalankan ritual lainnya tepat waktu-taat serta patuh perintah Tuhan. Kalau tidak bagaimana? Apakah masuk kelompok Atheis atau kaum Kafirun? Tenang saja, sekarang banyak aliran atau sempalan. Bisa nanti dideklarasikan Kafir Hijau dan Komunis Hijau, kata Hijau merujuk pada religiusitas dan agamis. Atau diadakan soft opening atas kemunculan Kafir Garis Lurus dan Komunis Underline.
Tidak apa-apa sebab semunya serba tidak jelas. Komunisme sudah dilarang dan menjadi musuh negara, tapi pemerintah kian menggalakkan kerjasama dengan negara Komunis (China) dalam membangun infrastruktur negara. Tidak hanya itu, juga soal sosial dan budaya ada kerjasama bilateral. Jadi tidak lama lagi akan ada Jembatan made in China, Jalan Tol Made in China, Kereta Cepat Made In China, Fly Ovrr made in China, dan pelabuhan dengan stempel made in China.Gimana?. "Inikan soal investasi bilateral bukan ajaran Komunisme nya," demikian katanya, mungkin. Bahkan beberapa partai politik di negara ini dikabarkan ramai sudah pernah belajar semacam studi banding kepada Partai Komunis China (PKC) dalam hal sistem rekrutmen kader sampai pengorganisasian massa, gimana coba?.
"Belajarlah sampai ke negeri China!," kata petinggi partainya, mungkin. Adapun kaum Takfiri, aktivitas hari-harinya diisi dengan menggunakan teknologi buatan kaum Kafirun (yang dilaknat mereka), "Afwan saudaraku, yang inikan tidak berkaitan dengan iman," kata mereka beralasan, ini mungkin juga. Yang bikin tambah bingung, pemerintah tidak marah (buktinya tidak ada tindakan), bahwa Pancasila dan demokrasi disebut sebagai sistem kufur dan perlu diganti biar tidak Khilaf-ah sudahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H