"Hanya istri solehah perhiasan terindah," syair dalam sebuah lagu. Mungkin pembuat lagu tersebut merindukan istri solehah, yang bila diminta tiarap ia taat, diminta terlentang dia menurut dan diminta melompatpun istrinya tak takut.
Secara umum ciri istri solehah ada pada ajaran agama, yakni taat kepada suami. Istri berjilbab-cadar-burqah belum tentu solehah, mempercantik diri setiap hari di hadapan suami, mengurus anak hingga memakaikan kaus kaki suami juga belum tentu jadi identitas solehah. Pengorbanan apapun yang dilakukan seorang istri demi seorang suami belum dapat mencapai puncak kesolehahan.
Ketinggian rasa cinta kasih, kesetiaan dan ketulusan akan ada pada istri solehah, jika dirinya mampu ikhlas (tidak ada motivasi lain) menerima suaminya berpoligami, dimadu lima pun ia ikhlas (jangan merasa solehah dulu). Jangan menjadi taat kepada suami karena menghindari atau takut dipoligami, itu tidak totalitas taat masih ada anasir kembalian atau kompensasi. Dalam sighat ta'lik (janji perkawinan) yang dibacakan usai akad nikah oleh suami juga tidak ada larangan poligami.
"Kurang cantik apa aku ini? Pokoknya aku tidak mau!" Kata kebanyakan istri yang menolak dipoligami.
"Poligami adalah hak setiap laki-laki sejati yang penuh energi. Kesetiaan suami bukan pada satu istri, tapi cinta sejati adalah rela berbagi," kata seorang suami beragumentasi.
Agama tidak melarang suami berpoligami bahkan dianjurkan dengan syarat mampu berlaku adil. Hanya saja wanita yang akan dipoligami (calon istri berikutnya), laki-laki memiliki tafsirnya sendiri.
Janda muda beranak banyak, cantik dan mumpuni. Atau gadis paruh baya hidup sebatangkara tapi harta melimpah, pilih yang mana?
Tuhan mengisyaratkan tidak akan ada suami yang beristri lebih dari satu mampu berlaku adil. Begitupun dengan perceraian, pada satu sisi Tuhan menghalalkan perceraian namun di sisi satunya Tuhan membenci perceraian. Demikianlah salah satu cara Tuhan "mempermainkan" rasa pada hambanya. Adil tidak mungkin dilakukan oleh suami dan ikhlas dimadu juga sulit diterima istri. Seorang wanita yang akan dinikahi suami beristri juga menyimpan tafsirnya, di dalam atau di luar logika.
Mari sedikit bermain rasa, istri yang menolak dimadu tergolong istri yang tidak taat suami, dan suami yang berpoligami adalah tipe lelaki yang berani menantang kebenaran kalam Tuhan, bahwa Tuhan berfirman, sedikitpun ia tidak akan mampu berbuat adil meskipun itu dikehendakinya. Patutlah kiranya suami-istri menjadi kesatuan soleh-solehah. Bila ada suami yang mampu secara materi untuk berpoligami namun tidak dilakukannya adalah tergolong soleh, sebab ia yakin hal itu akan menyakiti istrinya, artinya seorang istri akan menolak keinginannya pula yang berujung pada ketidaktaatan istri pada kehendak suami. Kemudian seorang istri tidak akan meminta dimadu dengan segala kekurangannya. Karena bersedia dimadu merupakan kesolehahan tingkat tinggi bagi seorang istri, dan itu sekarang ini ada dalam sinetron berseri.
"Ayolah, Papa kawin saja lagi. Banyak perawan dan janda di kampung kita yang perlu diayomi. Mama ikhlas kok, Pa," kata seorang istri di kampung sebelah.
"Istrimu adalah ladangmu, maka datangilah darimana saja kamu suka," kata Tuhan.