Lihat ke Halaman Asli

Hery Supriyanto

TERVERIFIKASI

Warga net

Peran Penting Netizen dalam Mengokohkan Empat Pilar MPR RI

Diperbarui: 7 November 2017   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat acara berlangsung. Dok Nurul Rahma

Lahir, dibesarkan, dan hidup di bumi Indonesia --terkadang- tanpa kita sadari lalai akan makna kebangsaan itu sendiri. Seakan kita lupa bahwa Indonesia sebagai sebuah negara merdeka tidak didapatkan begitu saja, penuh perjuangan yang mengorbankan harta bahkan nyawa sekalipun. Itulah yang dilakukan para pejuang kemerdekaan dahulu. Kita sebagai generasi yang hidup saat ini, hanyalah sekadar menikmati saja.

Menggugah kesadaran bisa dilakukan berbagai cara kepada segenap anak bangsa agar tetap tahu untuk apa negara ini didirikan. Pada zaman orde baru sudah banyak dilakukan melalui pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah sampai dengan penataran P4 dijenjang perguruan tinggi. Sayang pada orde reformasi model pemahaman terhadap pemahaman berbangsa dan bernegara mulai terkikis. Saat ini pemerintah masih mencari formula yang tepat untuk dilakasanakan baik dalam pendidikan dan penyelenggaraan bernegara yang lain.

Dalam era demokrasi dan keterbukaan, salah satu proses pemahaman kebangsaan bisa dilakukan dengan forum dialog. Seperti pelaksanaan "Ngobrol bareng MPR RI" yang kali ini bersama para netizen. Acara berlangsung Sabtu (4/11) di Fairfield by Marriott Surabaya dengan nara sumber Sekretaris Jenderal MPR RI Ma'ruf Cahyono, Kepala Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi MPR RI Andriyanto serta dipandu netizen kawakan Surabaya, Avi Chujnijah. Acara itu sekaligus dalam rangka sosialisasi empat pilar MPR : Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.  

Beberapa penjabaran Pancasila (poster sosialisasi). Dok pribadi

Rasa kebangsaan yang mengkhawatirkan

Dalam acara yang berlangsung santai tersebut Andriyanto membuka pernyatakan bahwa negara yang dianggap sebagai kampium demokrasi dan HAM yaitu Amerika saat ini juga mengalami gejala kebangsaan yang mengkhawatirkan. Seperti adanya sikap rasialis oleh beberapa kelompok dengan diadakannya pawai obor yang menyatakan sentimen anti kulit hitam. Hal itu memang pernah terjadi sebelum dan diawal kemerdekaan Amerika, namun sesuatu yang tidak seharusnya terjadi pada saat ini apalagi tergolong sebagai negara maju.

Kondisi negara kita yang masih belia dalam berdemokrasi tentu saja akan melewati fase pembelajaran untuk proses pematangan. Masih ada saja ditemui kasus yang mengoyak nilai kebangsaan terutama yang berkaitan dengan SARA. Tentu hal ini karena kurangnya nilai kesadaran kebangsaan terutama yang menyangkut empat pilar MPR RI itu. Bisa jadi karena kurangnya pemahaman yang tidak dipupuk sedari kecil ataupun ada paham lain dari luar yang diam-diam masuk dengan tujuan "merusak".

Menurut Ma'ruf Cahyono ada sesuatu yang sederhana yang tanpa kita sadari ternyata keliru atau pun ada pengabaian terhadap rasa kebangsaan tersebut. Sekadar contoh saja dalam menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya terkadang masih kurang satu stanza. Beberapa kadang dijumpai warga ataupun siswa yang tidak hapal 5 sila Pancasila secara lancar. Belum lagi yang agak "keras" malah tidak mau mengakui pancasila sebagai dasar negara. Padahal Pancasila merupakan ideologi terbuka, yang bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Bersama MPR RI dan segenap warga negara, jangan sampai kebangsaan Indonesia terkoyak (poster sosialisasi). Dok pribadi

Peran serta netizen

Rasa kebangsaan yang minim pada zaman sekarang kadang sungguh disesalkan. Padalah zaman ini adalah era keterbukaan dengan perkembangan teknologi informasi (TI) yang begitu pesat. Media sosial tentu tidak lepas dari perkembangan itu. Namun sayang kadang informasi yang berlimpah itu tidaklah semua positif, bahkan beberapa di antaranya termasuk merusak dengan berita hoaxnya.

Maka dari itu peran netizen dipelukan untuk itu. Empat pilar itu perlu disosialisasikan dalam ruang digital melalui media sosial (facebook, Instagram, Twitter ataupun blog), selain yang tatap muka langsung. Menurut Ma'ruf media sosial adalah sarana yang termasuk lebih cepat dan mudah dalam menyebarkan sosialisasi empat pilar MPR RI ini. Tidak dipungkiri saat ini hampir semua orang mempunyai akun media sosial sebagai sarana interaksi. Maka selain dari yang dilakukan MPR sendiri perlu dibantu para netizen dalam menyebarkan rasa kebangsaan agar tidak lupa dan ditinggalkan.

Maka dari itu para netizen yang merasa berbangsa Indonesia, wajib rasanya menyampaikan tentang pentingnya empat pilar untuk selalu dijaga dan dipertahankan. Fungsi netizen yang juga bisa sebagai buzzer, Influencer, informan, ataupun agen "produk" bisa membantu mensosialisasikannya. Bisa disampaikan dengan cara dan gaya sendiri dengan substansi kebangsaan yang mudah dimengerti sehingga bisa dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini cukup penting dalam upaya mengingatkan kepada semua pihak agar jangan sampai terputusnya antargenerasi. Selain itu dapat pula menangkal pemikiran dari luar yang akan meruntuhkan empat pilar MPR RI tersebut yang sudah menjadi konsensus bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline