Usai sudah ajang bergengsi internasional Tour de Flores (TdF) 2016 pada hari Senin 23 Mei lalu yang etape terakhir di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ajang ini terdiri dari 5 etape, berawal dari Larantuka di Kabupaten Flores Timur pada Kamis lalu (19/5), yang dilanjutkan menuju Maumere, Ende, Bawaja, Ruteng dan berakhir di Labuan Bajo dengan total tempuh sekitar 661 KM.
Acara ini tergolong sukses dan menjadi kesan tersendiri. Sang juara Daniel Whitehouse (21) dari tim Terengganu Cycling yang menjadi pembalap tercepat dalam rangkaian TdF 2016 ini menyatakan begitu terkesan. “Ini balapan yang fantastik, saya senang bisa menjuarai tur ini. Rute yang dilalui sangat menantang, banyak tanjakan dan kelokan. Saya berterima kasih kepada teman satu tim yang turut membantu sehingga saya bisa juara,” katanya (Kompas, 24 Mei 2016).
Kesuksesan acara ini patut kita syukuri dan dibanggakan. Menyelenggarakan even internasional ini bukanlah tergolong mudah. Kita patut mengapresiasi kepada semua pihak penyelenggara mulai dari tingkat daerah sampai pusat. Ada beberapa hal yang banyak tidak diketahui publik bahwa penyelenggaraan TdF 2016 ini –seperti even balap sepeda- penuh dengan jalan berliku dan menanjak, dan pada akhirnya sampai juga pada tujuan.
Saya termasuk orang yang beruntung menjadi salah satu bagian yang mendapat undangan dari Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya untuk mendampingi kunjungan kerja (kunker) Menko Rizal Ramli saat malam acara pembukaan Tour de Flores 2016 Rabu lalu (18/05), keesokan harinya menyaksikan start perdana TdF di Larantuka, Kab Flores Timur Kamis lalu (19/05). Dari beberapa pemaparan menteri Rizal Ramli, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Bupati Flores Timur Yosep Lagadoni Herin, serta Chairman TdF Primus Dorimulu, ada hal-hal yang patut menjadi perhatian kita bahwa ajang ini dirancang dengan penuh semangat dan beberapa terobosan.
Tidak menggunakan anggaran APBN dan APBD
Rizal Ramli menyatakan bahwa TdF bukan merupakan ajang yang masuk pada rancangan APBN dan APBD NTT dan APBD kabupaten yang berada di pulau Flores yang telah disahkan. Maka dari itu ajang TdF ini tidak menggunakan anggaran negara. Dukungan yang dilakukan pemerintah adalah memperbaiki infrastuktur jalan yang dilalui balapan sepeda ini, sehingga memenuhi syarat penyelenggaraan oleh Kementrian PU. Hal yang lainnya adalah pembangunan pelayanan air bersih yang tidak saja berguna bagi para peserta tetapi juga pada masyarakat.
Perlunya Tour de Flores
Pulau Flores mempunyai banyak destinasi wisata potensial yang belum dikembangkan. Untuk mengangkatnya diperlukan even yang menarik khalayak ramai, maka dipilihlah konsep balap sepeda yang terinspirasi ajang yang sudah ada, Tour de France, Tour de Langkawi, Tour de Singkarak, serta Tour de Ijen yang terbilang sukses
Dengan adanya even ini secara tidak langsung akan mengenalkan beberapa pesona yang ada di pulau Flores. Wisatawan akan banyak berdatangan untuk menyaksikan ajang ini dan sekaligus menikmati destinasi wisata yang ada. Inilah kolaborasi antara ajang olah raga yang diselipkan menunjang pariwisata (sport tourism).
Ajang bergengsi TdF ini jelas memerlukan anggaran biaya besar. Menurut Rizal Ramli dengan adanya even ini biaya yang dikeluarkan akan lebih murah dan berdaya guna jika anggaran itu hanya dipakai sebagai promosi iklan di media masa yang belum tentu orang banyak memperhatikannya. Geliat ekonomi akan berkembang, dan jika dikelola dengan baik akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Banyuwangi dapat menjadi daerah percontohan dengan suksesnya Tour de Ijen serta upaya yang lain.
Persiapan sangat singkat