Semua orang mengharapkan sesuatu yang menyenangkan, bisa berwujud apapun tidak terkecuali dengan namanya surga. Surga pun hadir dalam berbagai bentuk dan gambaran. Hadist nabi mengatakan baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Yang dimaksud bukanlah rumah yang megah dan mewah tapi rumah yang damai dan tentram, walaupun –secara fisik- sederhana ataupun apa adanya.
Melalui film Surga yang tak Dirindukan (SYTD) ini kita dapat belajar apa makna surga itu sendiri. Menonton secara keseluruhan film ini, kita dapat menyimpulkan tidaklah ada yang salah dengan judulnya. Apa iya surga yang enak itu tak pantas dirindukan?, Surga mana yang dimaksud? Bagaimana kita meraihnya?
Jika surga itu diibaratkan dengan rumah, apakah masih disebut surga bila ada orang lain –yang tak diharapkan- memasuki atau menikmatinya?. Film ini bolehlah disebut tentang poligami, namun dilihat dengan berbagai sisi. Poligami dengan segala kontroversinya –pro kontra- perlu dilihat secara bijak, sehingga nantinya dapat memupus rasa suudzon (buruk sangka) baik poligami itu sendiri serta para pelaku didalamnya.
Karena saya seorang lelaki, dalam film ini saya mencoba melihat dari sisi lelakinya yaitu melalui tokoh Andika Prasetya (Fedi Nuril). Dari segi istri pertama Arini (Laudya Cynthia Bella) dan Meirose (Raline Shah) saya rasa akan banyak yang melihat dari sudut pandang itu.
Pras digambarkan sebagai sosok yang pemuda yang baik, ia orang yang ringan tangan dalam menolong. Suatu ketika ada anak kecil naik sepeda terserempet kendaraan bermotor, ia pun dengan sigap menolongnya. Anak itu diantarkan ke tujuannya, tempat ia belajar yang di asuh oleh Arini. Disitulah perjumpaan Arini dan Pras dimulai. Pras terkesan dengan Arini yang begitu mahir dalam mendongeng. Mereka berkenalan, dan akhirnya memutuskan untuk membangun rumah tangga.
Arini mantap dengan pilihannya itu, Pras adalah lelaki yang baik dan setia untuk dijadikan imamnya. Pras pun berjanji untuk setia, sang bapak mertua (Landung Simatupang) pun berpesan agar Pras tidak menyakiti hati Arini, ia pun menggangguk sebagai tanda berjanji. Rumah tangga pun berjalan dengan harmonis, perkerjaan sebagai arsitek lancar-lancar saja, dan semakin lengkap dengan hadirnya anak semata wayang Nadia (Sandrinna Michelle).
Seperti hujan turun yang hadir tanpa halilintar dan guruh, Pras pun mengalami kejadian yang sangat tidak terduga. Dalam perjalanan “dinasnya” di suatu jalan ia mendapati mobil terperosok jurang. Mobil yang ia kendarai ditepikan dan ia turun untuk menolongnya. Ternyata korbannya adalah seorang perempuan yang sedang memakai gaun pengantin, dan oleh Pras dibawa ke rumah sakit.
Dan perempuan itu bernama Meirose yang depresi karena ditinggal kekasihnya yang berjanji akan menikahinya. Dan ternyata Meirose sedang hamil 7 bulan, diagnosis dokter harus segera dilakukan operasi caesar dalam upaya menyelamatkan keduanya. Keputusan harus segera diambil, karena tidak ada kontak yang dapat dihubungi pada akhirnya Pras berani memutuskan bertanggungjawab dengan segala risikonya.
Akhirnya operasi itu berhasil, bayi dan ibunya dapat diselamatkan. Bayi laki-laki itu oleh Pras dinamakan Akbar Muhammad, dengan harapan agar menjadi anak yang kuat. Namun berbeda dengan ibunya, Meirose ternyata masih dalam keadaan depresi dan ingin mengakhiri hidup dengan terjun dari lantai atas bangunan rumah sakit. Sebelum niatnya terlaksana, Pras memergokinya dan berusaha mencegahnya.
Pras membujuknya agar Meirose tidak menerjunkan diri. Tapi Meilrose tidak mengacuhkanya, beban derita yang dialaminya begitu berat sehingga tidak ada yang dapat dipercaya, terutama namanya lelaki. Pada akhirnya Meirose melompat juga, dan secepat kilat pula Pras sempat meraih tangannya. Dalam posisi tergantung antara dua tangan, Meirose meminta Pras melepaskan tangannga agar ia mati saja.