Tak lengkap rasanya pergi ke Malaysia jika tidak mengunjungi Nasyrul Qur'an, pusat percetakan Al Qur'an terbesar kedua di dunia. Rombongan santri SMP Ar-Rohmah Putra Islamic Boarding School Pesantren Hidayatullah Malang yang tergabung dalam "International English Immersion 2024" pun menjadikannya destinasi utama.
Usai mendarat di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur sekitar pukul 15.00 waktu setempat, sebanyak 78 santri terpilih itu langsung menuju Presint 14, Putrajaya. Sebuah kompleks seluas 5,5 hektar yang dibangun dengan biaya RM 60 juta, dan mampu memproduksi satu juta eksemplar Al-Qur'an setiap tahunnya.
Yanuar Dhita Tri Ns. selaku penanggung jawab program mengemukakan, kunjungan edukatif ke Nasyrul Qur'an ini dalam rangka menilik proses pencetakan kitab suci Al-Qur'an sekaligus memberikan pengalaman spiritual dan intelektual kepada para santri.
"Selama kunjungan, para santri melihat dari dekat berbagai fasilitas percetakan dan juga proses produksinya. Mulai dari penyusunan naskah Al Qur'an, proses cetak, perakitan, hingga pengemasan,"ujarnya, Sabtu (28/9).
Ustadz Yanuar, demikian akrab dipanggil menjelaskan, jika Nasyrul Qur'an memiliki peran penting bagi Malaysia dan komunitas Muslim global. Sebab sekitar 70% dari total produksi Al-Qur'annya, dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri Malaysia dan selebihnya didistribusikan ke seluruh penjuru dunia.
Sehingga dalam kunjungan tersebut, terang Ustadz Yanuar, para santri tidak hanya diperkenalkan tentang bagaimana Al-Qur'an diproduksi dengan teknologi modern sambil menjaga kemurnian naskahnya. Melainkan juga menginspirasi mereka soal pentingnya penyebaran ajaran Islam di skala global.
Selain itu, lanjut Ustadz Yanuar, kunjungan ke Nasyrul Qur'an itu juga diharapkan mampu memperluas cakrawala berpikir santri, dan menginspirasi mereka untuk terus memperdalam ilmu Al-Qur'an. Dan menurutnya, kegiatan tersebut pun selaras dengan visi SMP Ar-Rohmah Putra dalam mencetak generasi muda yang tidak hanya unggul dalam akademik. Tetapi juga berwawasan global dan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.
Sementara itu, Cesta Adabi, salah seorang pesarta dari kelas VIII, mengaku memperoleh pengalaman seru dan berharga saat berada di kompleks yang mulai beroperasi pada 13 Juni 2017, dan diresmikan oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi tersebut.