Lihat ke Halaman Asli

Heri P.

Suka Menulis | Suka Fotografi | Suka Pecel

Secangkir Birrul Waalidain

Diperbarui: 16 Juni 2019   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Secangkir kopi ini terasa sangat istimewa. Bukan karena jenisnya berasal dari biji kopi terbaik di dunia. Atau hasil racikan warung kopi ternama. Melainkan ini seduhan orang yang telah melahirkanku ke dunia, ibunda tercinta.

Sebenarnya tiap hari jarang minum kopi. Tapi,  selama mudik ini menjadi ritual wajib yang tak boleh terlewati. Sehari minimal dua kali. Bahkan bisa lebih.

Sebenarnya pula, sudah berkali-kali menyampaikan kepada ibunda. Tak perlu bersusah payah membuatkan kopi untuk anak-anaknya. Khawatir itu merepotkannya.

Toh, tidak minum kopi juga tak masalah. Dan jika ingin, bisa membuatnya sendiri. Namun, secangkir kopi tetap saja ia suguhkan.

Awalnya, saya menganggapnya itu biasa saja. Lumrah, semua ibu pastilah melakukan hal serupa. Pikir saya. Namun, setelah direnungkan kembali secangkir kopi tersebut ternyata penuh makna.

Tak sekedar sebagai pelepas dahaga  atau  penghangat suasana. Ia adalah ungkapan cinta seorang ibu untuk anak-anaknya. Di saat  semua anaknya telah dewasa dan mandiri.

Ada kasih dan sayang disetiap tetes air panas yang ia tuangkan. Disertai pula do'a tulus yang dipanjatkan. Sehingga menyeruputnya pun bukan sekedar merengkuh kenikmatan. Melainkan bentuk bakti anak kepada orang tua. Yang mengharap ridha Allah menyertai disetiap sruputannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline