Lihat ke Halaman Asli

Heru Yulian

Sang Homichlophile

"Gilkey Si Pencuri Buku", Jelajah Dunia Buku Antik yang Menggetarkan Nafsu Bibliomania

Diperbarui: 9 Juni 2019   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sebuah Pembuka
Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan dunia kesusteraan khususnya yang berbau buku. Pemikiran-pemikiran seperti buku adalah benda yang membosankan dan melelahkan untuk dibaca adalah sesuatu yang seakan sudah seperti bagian dari pikiranku. Meskipun begitu ternyata pemikiran ini tidaklah dimiliki oleh segelintir orang saja namun lebih dari jutaan orang lainnya berpikir bahwa tidak ada hal yang menarik dari kumpulan kertas yang berisi tulisan ini. 

Di indonesia misalnya, negeri yang katanya kaya akan alam dan kebudayaanya ini ternyata menempati peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Dalam sebuah survei juga dipaparkan bahwa rakyat indonesia membaca buku dengan frekuensi 3-4 kali setiap minggunya dengan durasi 30-59 menit. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dalam waktu setahun penuh, buku yang ditamatkan hanya berkisar  5-9 buku saja.

Jika diasumsikan rakyat indonesia biasa menamatkan 9 buku pertahunnya maka untuk menamatkan satu buah buku kita perlu menghabiskan waktu lebih dari 1 bulan. Sungguh ironis bukan? melihat segala kekayaan alam dan budaya yang kita punya namun kita tidak punya budaya membaca buku yang notabene adalah gudangnya ilmu. 

Ok, mungkin dulu saya adalah salah satu orang yang membuat statistik minat baca indonesia sebegitu rendahnya. Jika mengingat masa lalu, tidak satupun buku yang saya baca dalam setahun penuh kecuali buku text book yang disediakan oleh pihak sekolah. Namun perlahan tapi pasti, saya mulai mencoba menyukai dunia ini, bukan tanpa alasan mengingat saat ini saya sedang menempuh kuliah di salah satu Universitas bergengsi di Indonesia sehingga perlu bagi saya untuk menambah wawasan.

Walau pun awalnya saya tidak terlalu mengerti isi cerita atau konsep dari buku tersebut, yang saya lakukan hanyalah baca dan membaca dan berharap suatu saat akan hadir kenikmatan membaca buku dalam diri saya. Dan ternyata benar, walau terdengar aneh tetapi  lambat laun saya mulai terbiasa dengan kata-kata yang ada dalam sebuah buku. Mungkin hal ini sesuai dengan kata pepatah yang mengatakan,

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta


Begitulah cara mencintai sesuatu, kita perlu kenal terlebih dahulu, dalam hal ini buku. Walau pada awalnya tidak membangkitkan gairah membaca namun sedikit demi sedikit kita mulai terikat dengannya. Mulailah dengan bacaan ringan seperti novel atau komik. Kamu tidak ingin membenci buku dan segala hal tentangnya hanya karena tidak memahami buku-buku filsafat bukan? Semua itu butuh proses, dan setiap proses punya cerita tersendiri. 

Sebuah Sinopis
Pernahkah kamu berpikir tentang seberapa berharganya sebuah buku? Apakah ada orang yang sangat mencintai buku dengan segenap jiwanya? Atau adakah buku-buku di dunia yang memiliki harga yang fantastis? Mungkin itulah pertanyaan yang sering muncul jika dihadapkan dari nilai sebuah buku.

Kamu mungkin menyangka bahwa buku hanyalah sekedar kumpulan kertas yang berisikan tulisan-tulisan, namun hal itu tidaklah bisa diterima oleh sebagian orang. Buku ini berusaha untuk mengambil sudut pandang yang memperlihatkan bagaimana manusia menuangkan semua yang ia punya untuk sebuah buku. Mereka tidak menilai dari covernya atau bahkan isinya tetapi kekayaan sejarah yang dimiliki oleh buku-buku tersebut.

Kembali kepada cerita, buku ini menceritakan seorang pencuri buku ulung bernama John Gilkey. Buku ini berisikan semua laporan dan informasi Gilkey yang didapatkan oleh orang ketiga serba tahu yaitu sang pengarang sendiri Allison Hoover Bartlett.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline