[herutribudi/restorasikeluarga] - Pernahkah Anda melihat sebuah keluarga yang hubungannya dipenuhi dengan berbagai ketegangan? Suami mudah naik darah dan istri judesnya nggak ketulungan. Anak-anak tumbuh dalam tekanan ketakutan setiap saat, sebab jika mereka melakukan sesuatu yang tidak memenuhi 'standar' orang tuanya maka akan berakibat fatal: kena damprat, hukuman atau bahkan pukulan.
Itulah gambaran sebuah keluarga yang sakit secara emosional. Seperti yang terlihat dalam keluarga yang kita sebut saja keluarga Bandi. Dalam keluarga ini pak Bandi bertindak bagaikan seorang jenderal perang, keras, kaku, jarang tertawa dan tidak segan-segan memberi hukuman fisik kepada anaknya yang kedapatan berbuat salah.
Ibu Bandi adalah tipe ibu yang lemah secara karakter. Untuk mendapatkan rasa aman, ia ikut saja apa yang dikatakan dan dilakukan suaminya, walaupun ia tahu hal itu akan melukai anaknya. Namun jika tidak ada suaminya, bu Bandi akan memanjakan anaknya dan sulit menolak permintaan anaknya.
Kelima anaknya terlihat sangat bermasalah dengan emosinya. Anak pertama keras seperti ayahnya, anak kedua selalu mencari posisi aman, anak ketiga sangat tertutup, anak keempat cenderung membangkang dan anak kelima sangat manja bergantung sekali dengan ibunya.
Bagi pak Bandi tidak ada tempat di rumahnya untuk orang yang gagal dan salah. Anak-anaknya harus selalu benar, selalu berhasil dan selalu mengikuti perintahnya. Suasana keluarga menjadi penuh tekanan, manipulatif dan basa-basi. Setiap anggota keluarga akan selalu berusaha tampil sempurna dan sangat ambisius dan secara emosi sebenarnya rapuh.
Berbeda dengan keluarga Bagus. Sebagai kepala keluarga pak Bagus sangat dekat dengan istri dan ketiga anaknya. Dia mampu memberikan kehangatan kasih sayang kepada anggota keluarganya. Bermain bersama, bercanda dan berbicara dari hati kehati -- menjadi sebuah kebiasaan hari hari di keluarga ini, Namun meskipun demikian, untuk hal-hal yang sangat prinsip, misalnya: ibadah, kejujuran, tanggung jawab dan akhlak pak Bagus menunjukkan sikap tegasnya.
Dia tidak segan untuk memarahi dan mendisiplin anaknya yang tidak jujur atau tidak bertanggung jawab. Dia juga tidak akan kompromi dengan agenda-agenda yang akan membuat anak-anaknya tidak beribadah atau merusak akhlak anaknya. Nampaknya pak Bagus mampu menyeimbangkan antara kehangatan kasih sayang dan batas-batas yang tidak boleh dilanggar anggota keluarganya.
Istri pak Bagus terlihat ceria sepertinya hidup tanpa beban, anak-anaknya juga terlihat dekat, aman dan nyaman dengan ayah ibunya. Walaupun ada juga kerikil-kerikil kecil berupa ketegangan, salah paham dan kemarahan, tetapi hal ini tidak terlalu mendominasi keluarga pak Bagus.
Keluarga pak Bandi adalah contoh nyata bagaimana keluarga yang sakit secara emosional akan melahirkan berbagai pola emosi dan relasi yang penuh ketegangan dan konflik. Sebaliknya keluarga pak Bagus adalah keluarga yang sehat secara emosional, pola emosi dan relasi dalam keluarga banyak dipenuhi dengan kegembiraan, ekspresi emosi yang terbuka dan rasa aman untuk bertumbuh.
Jika kita mau membandingkan, yang mana keluarga yang bahagia? Tentu saja keluarga Bagus. Semoga dalam anugerah Tuhan kita semua bisa menikmati kebahagiaan seperti keluarga bagus tersebut.
salam sukses dan bahagia!