Thomas Alfa Edison adalah genius yang sangat berpengaruh pada peradaban dunia. Sebagai seorang anak Thomas lahir dengan kemampuan biasa-biasa saja, tidak memiliki kecerdasan khusus seperti anak-anak lainnya, bahkan dianggap bodoh oleh gurunya sehingga para guru menyerah dalam usaha mendidik Thomas.
Suatu hari, guru memanggilnya dan memberikan sepucuk surat kepadanya dengan pesan "Jangan buka surat ini di perjalanan, berikan kepada ibumu." Thomas dengan gembira membawa pulang surat itu dan memberikan kepada ibunya. Ketika menerima surat itu; ibu Nancy Edison membacanya, lalu menangis. Sambil berurai air mata, dia membaca surat itu dengan suara keras di depan anaknya:
"Putra Anda seorang jenius. Sekolah ini terlalu kecil untuk menampungnya dan tidak memiliki guru yang cakap untuk mendidiknya. Agar anda mendidiknya sendiri."
Kemudian ibu Nancy berkata kepada Thomas, "Kamu anak yang jenius nak, sekolah belum cukup baik untuk mendidik anak yang hebat seperti kamu. Mulai saat ini ibu yang akan mendidik kamu"
Sejarah kemudian mencatat, di usia 12 tahun Thomas sudah memiliki laboratorium kimia kecil di ruang bawah tanah rumah ayahnya. Setahun kemudian dia berhasil membuat telegraf yang sekalipun bentuk dan modelnya sederhana tapi sudah bisa berfungsi. Ketika berusia 32 tahun, Thomas berhasil menciptakan bohlam lampu pijar, yang akhirnya mengubah wajah dunia menjadi terang benderang penuh cahaya.
Setelah Ibunya wafat dan waktu itu Thomas telah menjadi tokoh penemu ternama, ketika ia membereskan barang-barang lama keluarganya, ia menemukan kertas surat terlipat di laci sebuah meja. Thomas membuka dan membaca isinya sbb:
"Putra Anda anak yang bodoh. Kami tidak mengizinkan anak Anda bersekolah lagi."
Itulah isi surat yang sesungguhnya yang pernah dibawa dan diberikan Thomas kepada ibunya dahulu. Setelah membaca surat itu Thomas menangis berjam-jam. Kemudian Thomas menulis di buku diary nya sbb:
"Saya, Thomas Alfa Edison, adalah seorang anak yang bodoh, yang karena seorang ibu yang luar biasa, mampu menjadi seorang jenius pada abad kehidupannya."
Itulah hebatnya kata-kata yang diucapkan dengan tepat dan bijaksana. Kata-kata memang memiliki kekuatan dahsyat sehingga banyak kalangan memanfaatkan kekuatan kata untuk membangun percitraan tentang dirinya atau menghancurkan "musuh" dengan berita-berita hoaks. Di medsos setiap hari kita disuguhi dengan berbagai hoaks yang berisi berita bohong, fitnah dan penyebaran kebencian terhadap seseorang atau kelompok tertentu.
Ada sebuah amsal kebijaksanaan yang mengatakan, "Mati hidup ditentukan oleh lidah." Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. Jiwa kita akan mati atau hidup, tergantung asupan apa yang dikonsumsi oleh jiwa kita. Kalau setiap hari kita mendengarkan kata-kata yang pesimis, kasar, umpatan dan ancaman maka akhirnya kita akan menjadi orang yang negatif dan bermental pecundang.