Dalam perjalanan spiritualku, hari Paskah adalah sebuah moment untuk menghayati keagungan cinta kasih dan merayakan kemenangan cinta kasih. Dalam peringatan hari Paskah biasanya diadakan ibadah Jumat Agung dan ibadah kebangkitan di hari Minggunya.
Jumat Agung selalu mengobarkan kembali cinta kasih Tuhan di hatiku. Bagaimana mungkin aku orang yang sangat berdosa, penuh kesalahan, kotor dan jahat tetapi ternyata Tuhan masih mengasihiku. Dalam kasih-Nya yang sempurna, Tuhan Pencipta alam semesta, yang Maha Suci, telah mengosongkan diri-Nya untuk menebus dan memberikan anugerah pengampunan kepadaku.
Di dasar hatiku, aku menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan jijik dan murka terhadap dosa-dosaku, tetapi kasih-Nya yang sempurna masih bisa melihat diriku sebagai orang yang berharga dan istimewa yang harus diselamatkan.
Perasaan berharga, istimewa, dikasihi dan tentu saja rasa syukur atas kesadaran spiritual ini menjadi energi yang luar biasa bagiku untuk belajar menghargai hidupku. Kalau Tuhan yang sebenarnya pantas membuang dan menghukum aku saja begitu mengasihiku, bagaimana mungkin aku mensia-siakan hidupku.
Kalau aku dikasihi lebih dari kelayakanku, dijadikan berharga dan diperlakukan dengan sangat istimewa oleh Yang Maha Suci, bukankah ini sebuah kebahagiaan yang luar biasa? Bukankah ini kekayaan spiritual yang memuaskan dahaga jiwa yang merana?
Di hari Minggu, ibadah kebangkitan Yesus Kristus bagiku adalah sebuah perayaan kemenangan cinta kasih Tuhan terhadap kekuatan dosa dan kejahatan manusia. Cinta kasih Tuhan itu tidak akan terkalahkan dan selalu menang. Kedurhakaan, kebencian, kemarahan, iri hati, kekerasan, ketidakadilan dan berbagai kejahatan manusia lainnya tidak akan memadamkan cinta kasih Tuhan kepada manusia.
Kebangkitan Yesus memberikan kembali harapan kepada manusia dan dunia bahwa seburuk dan sejahat apapun manusia, ketika hatinya 'dijamah' cinta kasih Tuhan ia akan menjadi manusia baru, ia masih bisa berubah.
Dalam perayaan kemenangan cinta kasih Tuhan inilah aku melihat diriku dengan cara yang baru, yang positif dan optimis. Seburuk apapun hidupku, aku masih bisa berubah; segelap apapun hidupku, selalu ada terang yang menyinariku; sekotor apapun hidupku, masih bisa dibersihkan; kegagalan apapun yang aku hadapi, aku masih memiliki kekuatan untuk bangkit; tidak ada kesulitan yang tidak bisa diatasi; tidak ada rintangan yang tidak bisa disingkirkan.
Mengapa demikian? Karena hidupku adalah perayaan kemenangan cinta kasih Tuhan. Ini adalah anugerah ajaib yang seharusnya dirayakan.
Akhirnya, Paskah menjadi moment mawas diri bagaimana aku bersikap dan memperlakukan sesamaku. Sebagaimana Tuhan memberikan cinta kasih kepadaku, sudah seharusnya aku juga berbagi cinta kasih kepada sesama manusia di sekitarku karena cinta kasih-Nya berlimpah bagiku dan luber melebihi kapasitas hatiku untuk bisa menampungnya. Sehingga ketika sesamaku membutuhkan cinta kasih-Nya selalu tersedia di hatiku yang kecil ini.