Lihat ke Halaman Asli

Tawuran Lagi & lagi.... Tolong Ditindak Tegas

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lagi, terjadi tawuran, seperti yang dilaporkan TRIBUNEWS.COM, pada Kamis lalu, 11 Oktober 2012, terjadi tawuran antar mahasiswa Universitas Negeri Makasar, yang menewaskan 2 mahasiswa, yaitu Rezki Munandar dan Harianto, mahasiswa jurusan otomotif angkatan 2008. Kedua korban mengalami luka tikam pada dada sebelah kiri. Tentunya masih hangat ditelinga kita, tawuran antara pelajar SMAN 70 Jakarta dengan SMAN 6 Jakarta pada 24 September 2012 lalu, dimana 1 nyawa pelajar bernama Alawy Yusianto Putra melayang, disebabkan luka bacok di bagian dada.


Tentu ini menjadi duka mendalam bagi bangsa ini. Seolah tawuran menjadi trend baru pelajar masa kini, sajian utama acara berita tiap hari, yang ditonton oleh banyak generasi.


Melihat tawuran yang semakin terorganisir ini, tentunya tawuran tidak boleh lagi dianggap hanya sebagai kenakalan remaja, namun sudah merupakan tindakan kriminal. Bagaimanapun, upaya menghilangkan nyawa orang lain ini, tidak boleh kita tolerir. Setuju?


Lantas kenapa tawuran justru kian menjadi pada masyarakat saat ini yang notabene sudah merupakan masyarakat modern? Tentunya ada banyak faktor penyebab, dan melibatkan banyak pihak.


Masih ingat kekerasan antar kelompok masyarkat yang beberapa waktu lalu marak terjadi, seperti konflik agraria di Mesuji, Lampung, kemudian kekerasan di Madura yang mengatasnamakan agama, bahkan aksi tak terpuji yang pernah dipertontonkan elite politik negeri ini, saat sidang paripurna hak angket kasus century di DPR.


Penegakan hukum terhadap tindakan kekerasan yang masih memble, boleh jadi menjadi salah satu penyebab utama . Tidak adanya sanksi tegas, tentunya memberi ruang terjadinya aksi-aksi kekerasan lainnya. Seolah, jalan damai itu dilupakan, dan segala sesuatu bisa diselesaikan dengan kekerasan. Dann kekerasan merajalela. “Toh tak ada sanksi berarti????”


So, mohon kepada para penegak hukum negeri ini, jangan ragu tindak segala bentuk kekerasan. Jangan memble, jangan tebang pilih. Bapak Ibu pemimpin, publik figur negeri ini, jangan dikira setiap tindak tanduk Bapak Ibu tidak kami amati setiap hari... Jadi, tolong berilah teladan yang baik....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline