Aku selalu bertanya pada angin yang mengantar suara nyaring. Menatap ranting-ranting diantara semburat cahaya senja. Bergerak bergesekan disela-sela bunyi lonceng tua.
Menggema menusuk nusuk telinga. Memecah keheningan jiwa dalam balutan nostalgia. Ada bunyi lonceng disetiap senja datang. Nyaring seperti gesekan biola menyanyat hati.
Membuka lembaran catatan lama, yang terkoyak koyak ditelan waktu. Aksara demi aksra kukumpulkan, kueja dan kulekatkan dengan tetes air mata.
Begitu cengeng kehidupan yang kusandang. Tak sanggup memahami perjalan silam, bertumpuk kepahitan diair lidah. Bahkan matapun sayu menatap satu-satu catatan tertinggal, diruang hati.
Bunyi lonceng menggema saat senja merana. Dan aku tetap termangu dalam bisu yang membeku.
Sungailiat, Bangka.
18 Januari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H