Sudah berulangkali kutuliskan tentang senja.
Dari kepahitan sampai rasa manis. Bahkan kuakrapi dengan sepenuh hati.
Cahanya kumain-mainkan jadi lukisan alam yang menakjubkan.
Senja sepertinya tak terpisah dari kehidupan.
Kadang menampung peluh keluh yang menggumpal ditelan awan.
Sebentar muncul, timbul tenggelam diseret angin nakal.
Menyibak segala tutur kata dalam luka asmara.
Begitu menawan menatap senja yang manja.
Diantara kepenatan jiwa.
Lalu melenggang kemayu dalam penantian panjang dan seperti tak mau melepas rasa rindu.
Meski kuteriaki berkali-kali senja tetap pergi, tanpa permisi.