Lihat ke Halaman Asli

Heru Sudrajat

pernah menjadi PNS di Disnaker Propinsi Jambi dan pernah bekerja di Harian Sriwijaya Pos Palembang

Jangan Tutup Cendela Mimpi Itu

Diperbarui: 31 Agustus 2018   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti katamu, jika semua pintu tertutup. Bisa masuk lewat cendela mimpimu.

Rasanya penat jiwa  ini menatap jauh dari mimpiku yang melayang diantara kesunyian tengah malam. Dan terlalu tinggi untuk meraih korden yang menyekat cendela penuh dengan ornament masa lalu.

Sementara bayang-bayang wajahmu terselip diantara lipatan kain korden cendela, melambai lambai penuh makna.  Aku jadi ragu meniupkan rindu yang kubawa setiap waktu.

Lalu terdengar suara lirih dicelah bilik ruang hatimu yang selalu menyenandungkan kisah-kisah lama. Aku tak tahu tentang perjalanan masa lalumu yang dihantui dengan kekecewaan tajam. Menggores diantara paitnya bermain asmara.

Benarkah itu suaramu? Yang memanggil-manggil dicendela mimpimu? Sungguh berat masuk dipusaran mimpimu. Mungkin cendela mimpimu terlalu tinggi untuk disinggahi. 

Jangan tutup cendela mimpimu. Sebelum kutata tangga dengan aksara dan nyanyian pelipur lara.

Sungailiat, 

Bangka akhir Agustus 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline