Lihat ke Halaman Asli

Heru Setiawan

Pemerhati lingkungan

"RADEN" dan Upaya Pelestarian Satwa Anoa di Indonesia

Diperbarui: 10 Februari 2023   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Copyright: Anoa Breeding Center

"Raden", itulah nama yang diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, terhadap bayi anoa yang dilahirkan pada tanggal 16 Januri 2023 di Anoa Breeding Centre (ABC) BPSILHK Manado. Nama "Raden" sendiri diambil dari akronim nama induknya, yaitu Rambo (Jantan) dan Denok (Betina). Kelahiran Raden di ABC merupakan kelahiran bayi anoa ke-empat setelah sebelumnya lahir dua anakan di tahun 2017 dan satu anakan di tahun 2018. Raden dilahirkan secara Caesar dikarenakan terdapat kelainan posisi janin (fetus) yang tidak memungkinkan untuk dilahirkan secara normal. Keberhasilan operasi Caesar anoa yang dilakukan oleh Tim dokter hewan ABC ini sekaligus menandai keberhasilan operasi Caesar anoa pertama di Indonesia. Dengan kelahiran Raden ini menambah jumlah anoa yang menghuni ABC menjadi 9 ekor, dengan komposisi 4 ekor jantan dan 5 ekor betina.

Kelahiran Raden tentu saja menjadi secercah harapan bagi dunia konservasi satwa endemik terancam punah di Indonesia. Hal tersebut mengingat jumlah populasi anoa di habitat alaminya diperkirakan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data IUCN Red List diperkirakan populasi anoa di seluruh Sulawesi tidak lebih dari 2.500 individu. Sedangkan di eksitu, jumlah anoa yang terdata di studbook kurang lebih 40 ekor. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menempatkan Anoa menjadi salah satu dari 25 satwa prioritas terancam punah yang menjadi target untuk ditingkatkan populasinya.

Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang tersebar di seluruh daratan Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Terdapat dua jenis anoa, yaitu Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi). Kedua jenis anoa ini telah dinyatakan sebagai spesies terancam punah oleh IUCN (The International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) dan termasuk dalam kategori Appendix I CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna). Dalam upaya pelestarian anoa, Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Manado bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara mengembangkan pusat konservasi ex-situ anoa yang dikenal dengan Anoa Breeding Center (ABC).

ABC diresmikan pendiriannya oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya Bakar, pada tanggal 5 Februari 2015. Tujuan pendirian ABC pada saat itu adalah sebagai sarana untuk meningkatkan populasi anoa melalui kegiatan penelitian dan pengembangan dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Seiring dengan perubahan waktu, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pengelolaan ABC di bawah BPSILHK Manado diarahkan untuk pengembangan standar pengelolaan Anoa secara Eksitu, terutama yang berkaitan dengan standar kesehatan anoa dan standar sarana prasarana untuk kesejahteraan satwa anoa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline