Lihat ke Halaman Asli

Heru Riswan

just a simple with complicated dream

Filosofi Ketupat dan Nilai Indonesia

Diperbarui: 3 Juni 2019   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

malangtimes.com

Berbicara mengenai makanan khas idul fitri mungkin di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing sebagai penganan yang biasa di sajikan saat lebaran.  Mulai dari makanan manis hingga makanan berat beberapa menjadikan makanan khusus yang hanya di jumpai saat hari lebaran saja.  Seperti contoh adalah ketupat.  Ketupat menjadi makanan wajib yang mungkin menjadi tradisi di seluruh wilayah indonesia.  Makanan yang biasa disajikan dengan sayur opor ayam atau dengan makanan kuah lainnya.  Ketupat di bungkus dengan daun janur yang di rajut sedemikian rupa dan diisi dengan beras dan di masak hingga menjadi ketupat seutuhnya.  Namun ternyata ketupat bukan hanya sekedar makanan yang menemani kita kala idul fitri, lebih dari itu ketupat memberikan banyak makna yang terkandung dari perjalanan pembuatanya.

Secara filosofi ketupat menjadi refresentatif akan keberagaman nilai dan budaya yang berkembang di indonesia.  Ketupat sendiri jika merupakan sebuah akrronim dari ngaku kelepatan atau mengakui kesalahannya.  Dalam tradisi jawa kupat yang sudah di campur lauk pauk dan santai biasa disebut sebagai Kupa Santen yang merupakan akronim dari "Kulo Lepat, Nyuwun Nganpunten" artinya bahwa saya salah dan meminta maaf atau secara lebih luas lagi bahwa setiap manusia memiliki kesalahan dan setiap manusia harus memaafkan.  Ketupat sendiri merupakan tersebar diseluruh daerah di nusantara dengan nama-nama yang berbeda seperti di bali biasa disebut sebagat tipat.  Lebih dalam lagi filosofi dari ketumpat sendiri memiliki nilai yang bahkan kita tidak akan menyadari akan hal itu.  Nilai-nilai ini merupakan sebuah nilai yang seyogyanya adalah prilaku nilai sehari-hari kita di masyarakat.

arahkita.com

Nilai-nilai ini menjadi tindak laku kita sebagai masyarakat indonesia yang kaya akan kultur dan norma yang dijadikan acuan.  Ketupat di buat menggunakan janur yaitu daun kelapa yang menjadi bahan pembungkus ketepat yang mana mencirikan bahwa indonesia merupakan wilayah pesisir yang di tumbuhi banyak pohon kelapa.  Selain itu dalam filosofi jawa janur berasal dari kata jatining nur yang berarti hati nurani ini berarti semua tindak laku manusia harus berasal dari hati nurani nya, dan sebagian masyarakat jawa menyebut janur sebagai "sajatine nur" atau cahaya sejati.  Dalam bahasa arab janur di ambil dari kata "jaa a al-nur" yang bermakna telah datang cahaya yang berarti atas kesucian.  Nilai dari bentuk ketupat yang memiliki bentuk segi empat dalam ketupat memiliki arti "kiblat papat limo pancer" atau yang bermakna keteguhan dan sikap teguh dalam menjalani kehidupan.  Anyaman yang sulit pada ketupat menggambarkan kompleksitas maryarakat nusantara khususnya masyarakat jawa di jaman dahulu.  Rapatnnya anyaman di maknai sebagai eratnya kekerabatan dan silaturahmi yang harus terus dijalin.

Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh sunan kalijaga seorang wali yang giat menyebarkan agama islam di nusantara dengan metode kulturasi.  Beliau membudayakan sebuah tradisi yaitu setelah lebaran, masyarakat setempat mengayam ketupat dengan daun kelapa muda (janur) lalu diisi dengan beras.  Namun masyarakat jawa sebelum kedatangan islam, jauh sebelumnya nusantara sudah akrab dengan hidangan yang bernama ketupat atau tipat bagi masyarakat bali karna mungkin ketupat sudah ada sebelum asimilasi agama hindu.  Selanjutnya Raden Mas Sahid atau Sunan kali jaga memperkenalkan dan memasukan ketupat sebagai simbol yang sebelumnya sudah di kenal masyarakat dalam perayaan lebaran.  Perayaan yang di perkenalkan ini disebut sebagai lebaran ketupat yang bisa di peringati tanggal 8 syawal atau sepekan setelah perayaan idul fitri. 

Menurut H.J. De Graaf dalam malay annual. Ketupat merupakan simbol perayaan hari raya islam pada masa pemerintahan demak yang di pimpin oleh Raden Patah awal abad ke 15.  De Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat dari janurberfungsi untuk menunjukan identitas budaya pesisiran yang di tumbuhi banyak di tumbuhi banyak pohon kelapa seperti yang sudah di sebutkan diatas.  Demak adalah kerajaan islam pertama di jawa.  Yang membangun kekuatan politik dan penyiaran agama islam dengan dukungan walisongo.  Ketika menyebarkan islam kepedalaman, walisongo melakukan pendekatan agraris, tempat unsur keramat dan berkah sangatlah penting untuk melenggengkan kehidupan.  Tradisi lebaran ketupat yang sebelumnya di sebutkan sendiri di angkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri, dewi pertanian, kesuburan dan kemakmuran.  Ia dewi yang merupakan kasta dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris.  Ia di muliakan sejak masa kerajaan kuno seperti majapahit dan padjajaran.  Dalam perjalanannya terjadi desakralisasi dan demitologisasi.  Dewi sri tak lagi dipuja sebagai dewi pada atau kesuburan namun hanya di jadikan sebagai lambang yang di representasikan dalam bentuk ketupat yang bermakna ucapan syukur kepada tuhan yang maha esa.  Namun di beberapa daerah seperti masyarakat Jawa, Sunda dan Bali Dewi Sri tetap di hormati.  Di beberapa keraton di indonesia seperti Cirebon, Ubud, Surakarta dan Yogyakarta tetap melestarikan penghormatan terhadap Dewi Sri dengan upacara penghormatan seperti upacara slametan atau syukuran panen di hawa disebut sekaten atau grebeg muludyang juga berbaringan dengan perayaan maulid nabi.

Masyarakat indonesia selalu menjunjung tinggi nilai dan norma, setiap tindak tanduk prilaku masyarakat menjadi sebuah laku yang menjadi panduan hidup. Kita akan selalu bangga menjadi indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline