Lihat ke Halaman Asli

Catatan Mahasiswa Menuju Ujian Akhir Semester

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya baru saja memasuki semester ganjil, tetapi semester genap sudah di depan mata. Ujian akhir semester juga sudah melambai-lambai menyambut dengan ramah. Sebagai mahasiswa seperti saya, mendapatkan minggu tenang merupakan anugerah. Minggu tenang disini, berarti minggu-minggu yang dilalui tanpa beban tugas perkuliahan.

Sebagai kawula muda, pastinya pernah merasakan yang namanya galau. Lebih-lebih bagi seorang mahasiswa yang menghadapi akhir semester. Disini saya mau berbagi sedikit tentang faktor-faktor kegalauan bagi mahasiswa, khusunya menjelang akhir-akhir ujian akhir semester. Sebenarnya pengalaman pribadi, tapi mungkin juga banyak dirasakan teman-teman semua.

Beberapa faktor kegalauan mahasiswa yang sudah umum diantaranya :

1.Tugas menumpuk di akhir semester

Pada kenyataannya, di minggu-minggu akhir menuju ujian, tugas justru semakin menumpuk. Mulai dari tugas akhir, tugas pengganti, sampai tugas yang seharusnya sudah selesai di hari-hari sebelumnya. Sejujurnya ini menjadikan beban tersendiri yang tidak mampu disiratkan karena sebagai mahasiswa, kebanyakan dari kita ‘narimo’ tugas dari dosen. Dan kesalahan terbesar yang sudah kita sadari namun sering tidak diabaikan ialah menunda-nunda pekerjaan. Tugas yang seharusnya bisa dikerjakan di waktu luang, justru diabaikan dengan alasan waktu yang masih panjang. Saat tugas-tugas yang semakin menumpuk bergabung menjadi satu, kita galau mau mengerjakan yang mana, karena semuanya butuh untuk dikerjakan.

2.Uang jajan menipis

Kebanyakan dari mahasiswa itu, susah buat nyicil, termasuk fotocopyan materi. Padahal tidak semua dosen memberikan soft file yang gratis dan tinggal copy paste. Akibatnya, kita harus foto copy ini itu, dan terpaksa uang jajan diapakai untk keperluan tak terduga seperti ini. Selain itu, karena tugas yang menumpuk mahasiswa jadi lebih sering begadang, walaupun begadang memang sudah menjadi tradisi mahasiswa. Namun saat-saat seperti ini diutuhkan waktu ekstra untuk begadang. Pikiran yang melemah dan kondisi fisik yang kurang, membuat kita mudah sakit, mau tidak mau sebagian uang digunakan untuk membeli obat.

3.Godaan nongkrong bareng temen, tapi harus belajar

Hal ini cukup berat nampaknya, khusunya bagi saya pribadi. Saat yang lain sudah duduk santai dan bisa menikmati minggu tenangnya, kita justru berkutat dengan materi-materi perkuliahan dan tugas yang belum terselesaikan. Sekalipun belajar merupakan hal yang baik, tetapi terkadang otak juga butuh refreshing. Jika terlalu terforsir justru otak akan mudah stress. Akibatnya, materi-materi yang sudah dipelajari tidak teserap dengan baik dan tugas tidak maksimal.

4.Pacar tambah sensitif

Bagi para mahasiswa yang sudah memiliki pacar, mungkin kita bakal sering melupakannya karena kita terlalu sibuk, pacar bukannya tambah perhatian dan kasih semangat, tapi justru tambah sensitif. Meskipun tidak semuanya seperti itu, karena nyatanya memang masih banyak yang mendukung kegiatan kita selama itu positif. Rasa sensitif ini mungkin disebabkan karena kita lebih fokus pada tugas, belajar, dan ujian, sehingga tidak bisa memperhatikannya seperti biasa. Selain itu kita juga tengah pusing memikirkan isi dompet yang semakin menipis dan harus ekstra irit.

5.Merasa belum siap

Terkadang kita merasa ujian datangnya terlalu cepat, sedangkan kita sama sekali belum ada persiapan. Ini merupakan salah satu beban pikiran juga yang membuat kita galau. Akhirnya, kita merasa pesimis menghadapi ujian.

6.Kangen suasana rumah

Saat-saat penuh kejenuhan seperti ini selalu mngingatkan saya pada rumah. Bapak dan ibu tidak pernah meminta saya mengerjakan tugas-tugas seperti ini dulu. Jika di rumah kita bisa lebih santai, porsi makan dan tidur lebih banyak, gratis pula. Faktor seperti ini juga memicu galaunya mahasiswa yang penat dengan euforia perkuliahan.

Sebenarnya faktor-faktor itu bisa kita hadapi dengan senyuman jika kita mulai belajar mengubah pola hidup. Seperti lebih rajin mengerjakan tugas, belajar, serta menabung. Selain itu kembali lagi pada fokus kita kuliah, salah satunya yakni ingin membahagiakan orang tua. Mereka adalah alasan terbesar saya menjadi seperti ini, rela berkutat lagi dengan materi dan hiruk-pikuk suasana pembelajaran.

Jika anda juga mahasiswa, tentunya pernah merasakan satu atau beberapa kegalauan di atas. Jika tidak, mungkin anda adalah mahasiswa super.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline