Lihat ke Halaman Asli

Heru Prasetiyo

Masyarakat Biasa

Suku Bugis - Makassar Sang Pelayar Dunia

Diperbarui: 8 Januari 2025   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Kapal Phinisi Yang Menjadi Kebanggaan Warga Bugis 


Suku Bugis- Makassar , salah satu suku besar di Sulawesi Selatan, memiliki sejarah panjang yang dipenuhi dengan narasi migrasi, perantauan, dan pelayaran yang melintasi lautan. Teori migrasi kuno menyatakan bahwa Bugis adalah bangsa pengelana tanah air yang sudah melakukan migrasi sejak ribuan tahun lalu, bahkan mungkin sebelum munculnya catatan sejarah tertulis.

Bugis: Pengelana Sejak Zaman Purba?

Spekulasi tentang suku Bugis - Makassar sebagai bangsa pengelana kuno berakar pada dua aspek utama: kemampuan mereka dalam navigasi laut dan bukti migrasi yang melibatkan wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya. Beberapa sejarawan percaya bahwa bangsa Bugis(Makassar) tidak hanya tinggal di Sulawesi Selatan, tetapi merupakan bagian dari migrasi kuno yang lebih besar, mungkin melibatkan peradaban laut kuno yang belum terdokumentasikan secara lengkap.

Bugis-Makassar dan Hubungan dengan Nabi Nuh

Jika kita melihat lebih jauh ke dalam spekulasi sejarah, beberapa teori liar bahkan mengaitkan suku Bugis dengan kisah-kisah kuno dari Al-Qur'an. Salah satu spekulasi yang menarik adalah kemungkinan bahwa suku Bugis, atau leluhur mereka, mungkin terkait dengan kisah Nabi Nuh dan perahu besar yang membawanya menyeberangi lautan setelah banjir besar.

Selain itu peninggalan yang makin menguatkan adalah, bahwasannya di Sulsel sendiri ada hewan peninggalan dari sejarah Nabih Nuh yaitu Anoa, dan Anoa ini hanya ada di daerah Sulsel Terkhusus daerah Bulukumba, ini makin menguatkan bahwasannya kapal Nabi Nuh pernah bersender di tanah Sulsel, dan bentuk peninggalannya adalah hewan yang kemudian ada di dalam kapal Nabi Nuh, ada yang di turunkan sebagai bentuk dan bukti bahwasannya Kapal Nabi Nuh pernah singgah di tanah Sulsel yaitu daerah Bulukumba.

Al-Qur'an menceritakan kisah Nabi Nuh dan bagaimana beliau menyelamatkan umat manusia dari kehancuran besar melalui kapal raksasa yang dibangunnya. Setelah banjir, perahu Nuh diyakini berlabuh di suatu tempat di bumi, dan keturunannya menyebar ke seluruh dunia. Spekulasi ini mengarah pada kemungkinan bahwa suku Bugis adalah keturunan langsung dari pelaut purba yang selamat dari banjir tersebut.


Dalam hal ini, KAPAL PHINISI Bugis, yang dikenal sebagai salah satu kapal tradisional paling canggih di dunia, adalah merupakan evolusi dari teknologi kapal yang dibawa oleh leluhur mereka dari era pasca-banjir. Tradisi pelayaran yang kuat dalam budaya Bugis dapat menjadi warisan dari kemampuan navigasi yang diwariskan dari zaman Nuh.

Hubungan dengan Kisah Dua Lautan dalam Al-Qur'an

Kisah dalam Al-Qur'an tentang dua lautan yang tidak bercampur (QS. Ar-Rahman: 19-20) dengan kondisi geografis Sulawesi Selatan. Dalam Al-Qur'an, disebutkan bahwa terdapat dua laut yang mengalir berdampingan, tetapi tidak bercampur satu sama lain karena adanya penghalang tak terlihat (barzakh). Fenomena ini dapat dianalogikan dengan posisi Sulawesi yang dikelilingi oleh dua lautan besar, yakni Laut Sulawesi dan Laut Banda, yang dipisahkan oleh garis imajiner Wallace dan Weber.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline