Lihat ke Halaman Asli

Fase Phalic Menurut Sigmund Freud

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Fase Phallic

Pada fase ini penekanan terjadi pada zona erotis atau jenis kelamin. Timbulnya incest (rasa ingin berhubungan) mencintai salah satu dari orangtunya. Mencintai seperti orang dewasa dan ingin memiliki secara sepenuhnya serta merasakan cemburu.

Fase Phalic dialami anak-anak umur 3-5 tahun. Pada fase ini fokus rangsangan mulai berpindah pada alat kelamin, dan anak-anak sudah bisa membedakan antara perempuan dan laki-laki. Ciri khas pada fase ini adalah terjadinyaOedipus complex yaitu, fase dimana anak laki-laki begitu mencintai ibunya dan menganggap ayah nya sendiri adalah saingannya, namun juga takut akan ayahnya mengenai perasaan tersebut, menurut Freud ini dikenal dengan istilah pengebirian kecemasan. Karena seorang ayah mempunyai kekuasaan penuh terhadap ibunya seorang anak. Anak dengan ayah menjadi bersaing untuk memperebut kan kasih sayang dari seorang ibu dan istri bagi ayah nya seorang anak tersebut.  Istilah nya seperti cemburu dengan kehadiran sang ayah pada saat sang anak menyayangi/menyukai ibu nya, dan pada fase ini anak-anak juga mulai tertarik mengamati alat kelaminya sendiri dan alat kelamin orang lain. Biasanya pada fase ini anak-anak suka memegang alat kelaminnya dan mendapat kepuasan dari perilaku tersebut. Pada fase ini anak masih bersifat lebih mementingkan diri sendiri dan belum memikirkan tentang orang lain. Mungkin ini kedengaran nya seperti lucu, tapi kata freud ya seperti itu. Teori-teori nya ini sangat mengairah kan untuk di baca. Bagi ku ini fase yang paling wow untuk di renungkan. Saya sendiri sampai tertawa membaca fase ini. Untuk  menambah pengetahuan anda semua, silahkan di baca.

Untuk fase-fase selanjutnya akan di bahas pada minggu yang akan datang.

Selamat membaca, semoga dapat bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline