Lihat ke Halaman Asli

Herumawan P A

Pernah menjadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Menyukai olahraga sepakbola, sedang belajar menjadi citizen Juornalism dan suka menulis apapun. Mulai dari artikel sepak bola, cerita remaja, cerita pendek, cerita anak hingga cerita misteri.

Mudik, antara Pamer dan Silaturahmi

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik atau Mulih Dhisik, kata orang Jawa, merupakan sebuah fenomena umum yang bisa dijumpai pada saat lebaran Syawal. Mudik juga diartikan perjalanan pulang dari kota ke desa (kampung halaman). Mudik ini hanya besrsifat sementara dan tidak lama, Biasanya orang-orang yang melakukan mudik (disebut pemudik) hanya tinggal tidak lebih dari seminggu di kampung halaman.

Pada saat pulang ke kampung, para pemudik mempunyai maksud dan tujuan yakni ingin bersilaturahmi. Tapi sebagian pemudik mempunyai maksud lainnya selain bersilaturahmi. Diantaranya, pamer kesuksesan di hadapan warga kampung halamannya. Ini hal yang wajar dan tak perlu diperdebatkan.

Tapi dibalik pamer kesuksesan itu ternyata juga ada ekses negatifnya. Yakni membuat warga di kampung halamannya untuk bisa meraih kesuksesan seperti itu juga. Caranya dengan bekerja ke kota atas inisiatif sendiri atau diajak saudaranya yang sudah sukses disana. Tak masalah kalau mereka mempunyai ketrampilan yang memadai. Sayangnya, kebanyakan tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sehingga begitu merasa tidak berhasil meraih kesuksesan seperti impiannya, mereka lantas mencari jalan pintas. Salah satunya, dengan melakukan tindakan kriminal.

Sebenarnya, hal itu bisa dihindari kalau para pemudik mau sedikit tidak berpamer kesuksesan ketika pulang kampung. Hendaknya, para pemudik membawa barang yang tidak terlalu mewah. Para pemudik juga harus menyadari esensi mudik sesungguhnya yakni sebagai media silaturahmi. Karena hanya pada saat mudiklah, para pemudik yang bekerja di kota atau luar negeri bisa berkumpul dan saling berukar pikiran dengan anggota keluarganya.

Dari sinilah, tali silaturahmi itu mulai terjalin kembali. Ini yang harus dikelola semaksimal mungkin. Karena orang-orang yang senang menjalin tali silaturahmi, maka rejekinya akan dilapangkan oleh Tuhan. Dan bukankah Tuhan menyukai orang-orang yang menjalin tali silaturahmu daripada yang memutuskannya.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline