Cerita ini terjadi kepada saya ketika bulan Ramadhan sekitar empat tahun lalu. Kebetulan sebelum Ramadhan dimulai, BLK kota Jogja mengadakan pengajaran ketrampilan untuk para pemuda lulusan SMU. Saya sendiri membaca pengumumannya di koran. Saya lantas mendaftarkan diri. Di sana, saya pun memilih dua ketrampilan yakni Komputer dan Bahasa Inggris.
Ujiannya pun diselenggarakan pada awal-awal bulan Ramadhan. Saya pun mengikutinya. Beberapa hari menjelang bulan Ramadhan berakhir, pengumuman siapa yang diterima dicantumkan di kantor BLK. Saya pun bergegas ke sana. Saya tidak memperdulikan kalau semalam tidak makan sahur. Cuaca siang itu terasa panas membuat saya kehausan tapi saya tidak mengubrisnya.
Sesampainya disana, saya lantas melihat pengumuman. Dasar baru apes, saya ternyata tidak terima. Saya pun segera meninggalkan kantor BLK dengan perasaan sedih dan kecewa. Di tengah jalan, saya yang merasa haus sekali segera menuju ke warung angkringan terdekat. Di sana, saya terpaksa membatalkan puasa dengan minum segelas es teh.
Sampai di rumah, saya tiduran hingga menjelang buka puasa. Ketika buka puasa, perut saya terasa sakit. Setelah saya bercerita kepada keluarga, Ibu saya lantas menjelaskan kalau mau membatalkan puasa, jangan langsung minum es. Saya hanya bisa menyesali kecerobohan yang saya lakukan. Beruntung setelah makan nasi dan minum obat promaag, kondisi perut saya berangsur-angsur membaik. Dan sejak saat itu, saya selalu mengusahakan bangun sahur dan mematuhi nasehat dari Ibu untuk tidak minum yang dingin dulu ketika berbuka puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H