Sempat ragu ketika, Ayu menawari kami untuk menampilkan Safira mendongeng di acara Pentas Seni Komunitas Anak Pemulung Sampah Antang Makassar. Bukan karena panitia tidak bisa membayar jasa Safira untuk mendongeng, namun karena kondisi tempat pembuangan akhir sampah yang sudah tentu baunya sangat menyengat. Namun keraguan tersebut pupus karena dengan penuh semangat, Safira ingin mendongeng di tempat tersebut. Memang kami bertiga pernah mengontrak rumah yang jaraknya hanya 500 meter dari tempat pembuangan sampah tersebut ketika Safira kelas IV SD. Dan akhirnya kamipun sepakat untuk datang pada hari Kamis, 24 Mei 2012. Setelah sarapan pagi, alhirnya kami bertiga sampai di lokas acara yang ternyata sudah penuh dengan kerumuman anak-anak dan ibu-ibu. Mereka adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi pembuangan sampah. Anehnya,meskipun di sekitar lokasi penuh dengan sampah yang berserakan serta hilir mudik truk pengangkut sampah yang silih berganti datang dan pergi dengan muatan sampah, ternyata bau sampah tidak terlalu menyengat. Penampilan Safira memukau penonton yang terdiri dari anak anak dan ibu ibu yang hadir dalam acara tersebut. Meskipun sebelumnya mereka sempat kecewa dengan kehadiran Walikota Makassar yang mendadak dibatalkan, namun dengan kelucuan dan kepandain Safira dalam menirukan berbagai macam karakter suara membuat penonton sangat terhibur dengan dongeng tersebut. "Pesan moral dalam cerita yang saya bawakan kali ini adalah untuk mengajak adik adik ketika meminta sesuatu, maka mintalah kepada Allah, jangan kepada yang lain" jelas Safira ketika usai mendongeng. Selanjutnya bocan perempuan berkacamata ini menjadi dewan juri dalam lomba mendongeng yang diikuti oleh 16 peserta. Meskipun penampilan meraka masih malu malu, tapi patut diacungi jempol karena keberanian mereka tampil mendongeng di atas panggung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H