Lihat ke Halaman Asli

Mimpi-Mimpi Tak Terbatas

Diperbarui: 7 April 2016   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13917094161377205392

[caption id="attachment_321016" align="alignleft" width="150" caption="we are the champion"][/caption] Semenjak sekolah kami berdiri, tepatnya dilereng merapi belum pernah sekalipun menyentuh piala di turnamen futsal antar siswa SMA/SMK di Kota kami. Banyak hal yang sudah kami korbankan untuk meraihnya tapi kegagalan tak bisa kami hindari. Berkali-kali kami berpartisipasi tapi piala tak kunjung kami raih. Kami selalu bilang bahwa kesempatan terbaik kami adalah hari ini. kami percaya dengan kemampuan kami tapi terkadang kami butuh keberuntungan. Dan itu masih jauh dari harapan kami. Kegagalan paling akhir dari usaha kami adalah keikutsertaan kami diturnament SMAN DA CUP. Kami gagal dipertandingan awal, harus takluk pada lawan yang kami anggap paling menakutkan. Mungkin kami gagal karena kami kurang percaya diri untuk menghadapi mereka. Mental kami yang belum sekuat tekad kami. Seakan kami tak punya nyali untuk berhadapan dengan musuh yang selalu rutin menjadi kandidat juara. Padahal waktu itu kami mendapat dukungan penuh dari sekolah. Tidak seperti biasanya, kami harus berjuang tanpa dukungan finansial dari sekolah. Beserta tim junior kami mengikutinya dan dibiayai oleh sekolah secara maksimal, mulai dari uang pendaftaran, akomodasi sampai biaya latihan untuk kami semua. Pencapaian tim  junior kami lebih baik daripada kami. Dimana kami harus tersingkir dibabak pertama, sedangkan mereka berhasil menang 6-2 atas lawannya,namun pada akhirnya mereka juga harus tersingkir dibabak berikutnya dari musuh yang sama, musuh yang mengalahkan kami dibabak awal. Kami pulang tertunduk, tak bisa berbuat banyak walau harapan dari sekolah sangat tinggi terhadap kami. Menjadi pecundang tanpa satupun kebanggaan yang bisa kami berikan untuk mereka yang mendukung dan peduli dengan mimpi kami. Kecewa, marah, kesal semua menjadi satu, tanpa bisa kami ungkapkan dengan kata-kata. Habis sudah semuanya,pupus dihari itu. Hari berganti tak lebihnya sebuah melodi tanpa nada,nyaring tak beraturan. Disaat kami berusaha disaat itu pula kami harus gagal. Kami berusaha belajar bijaksana dari kegagalan kami sendiri. Hari itu kami kalah dan gagal tapi hari ini kami tetap berjanji. Mimpi kita masih sama membawa piala untuk sekolah tercinta. Kami telah gagal tapi kami belum sepenuhnya menyerah. Jika kegagalan ditentukan oleh diri kami sendiri maka sebaliknya keberhasilan tentunya juga ditangan kami sendiri. Kaki kami akan terus berjalan, akan terus berlari, akan terus menendang sampai bola itu berhenti pada tempat yang kami mau..Kejayaan! Ujian Nasional sebantar lagi dimulai untuk menentukan kelululusan. Kenakalan sedikit mereda, Mencoba berpikir untuk lebih baik demi kesuksesan UN yang akan dilangsungkan. Tapi, bagi kami bukan hanya kelulusan yang kami mau, menjadi juara futsal tetaplah dihati dan pikiran kami. Namaku Alfrid, siswa paling badung yang suka bolos sekolah, siswa yang sering dihukum karena terlalu banyak melanggar aturan. Mulai dari kekantin waktu pelajaran, bolos sekolah untuk maen PS, atau sekedar gak ngumpulin tugas dari bapak dan ibu guru. Tapi jangan salah meskipun aku siswa paling badung bukan berarti aku gak punya cita-cita. Bukan berarti aku gak punya tujuan berada disini. Salah satu cita-citaku adalah memberikan piala untuk sekolah melalui olahraga futsal. aku tidak sendiri ada teman-temanku yang juga ingin sekali memberi kebanggaan untuk sekolah sebelum kami pergi. Meninggalkan sedikit jejak yang baik untuk menghapus noda kenakalan yang mungkin melukai hati bapak dan ibu guru. Malam itu aku mengajak mereka untuk berkumpul dirumahku untuk membicarakan turnamen futsal yang mungkin akan menjadi kesempatan terakhir kami sebelum lulus. Turnamen futsal antar SMA/SMK Se-Kabupaten yang diadakan oleh salah satu EO dari Yogjakarta yang memperebutkan piala Bupati. Ibnu, Rici, Fauzan, Aer, Yoga, Zain, dan Apri adalah teman-teman yang tak tergantikan. Teman-teman yang mempunyai misi yang sama. Teman-teman yang siap berjuang demi satu cita-cita kebanggaan menjadi juara. Ada juga diantara mereka junior kami Aji dan Havid. Mereka adalah 2 pemain yang kami pilih untuk menambah kekuatan tim kami. "Hai brother, bentar lagi akan ada turnemen futsal antar SMA/SMK Se-Kabupaten, Gimana mau ikut gak?' tanyaku pada mereka. 'emang kapan?' tanya Rici "minggu depan,dua hari sebelum UN dilaksanakan" Untuk beberapa saat mereka semua terdiam, sebelum akhirnya suara dari Apri lantang memecah keheningan malam itu. "Kita harus ikut, apapun resikonya. Masalah sekolah setuju atau tidak semua bisa dibicarakan,ini kesempatan terakhir kita dan kita harus ada disana untuk mewujudkan mimpi kita" Kami sepakat untuk mengikutinya, Meskipun banyak hal yang harus kami lakukan dan bicarakan untuk bisa mengikutinya. Tak ada yang tidak mungkin, sekalipun kami dilarang kami masih bisa mengusahakannya. Keesokan harinya kami menemui pak guru kami, untuk membicarakan keinginan kami pada mereka. Kami yakin pasti mereka bisa mengerti dengan kemauan kami. Pak HJ menjadi guru pertama yang kami temui,karena beliau adalah guru olahraga sekaligus pembina kami kalau futsal. Beliau juga bukan hanya guru bagi kami. Tapi juga sahabat dan pendengar buat kami. Terkadang beliau juga seperti musuh kami, ketika beliau menghukum atau memarahi kami karena melanggar aturan. "Pak, bisa kami bicara sebentar" "ya,tentu saja,ada apa" Jawap Pak HJ. "Begini pak, kami semua sepakat untuk mengikuti turnamen futsal yang pelaksanaannya 2 hari sebelum UN dilaksanakan, bagaiman,boleh gak pak" "Saya pribadi gak masalah jika kalian harus ikut. Karena saya punya mimpi yang sama dengan kalian. Akan tetapi dengan pelaksanaannya yang menjelang UN saya gak bisa menjamin apakah pihak sekolah akan menyetujuinya,mengingat konsentrasi kalian kan seharusnya ke UN" "tapi pak,kami bersikeras harus ikut karena selama ini kami selalu dianggap sebagai siswa badung yang bisanya cuma bikin masalah disekolah,kami ingin sekali memberikan kebanggaan sebelum kami lulus" sahut Alfrid penuh keyakinan. "Oke, kalau memang begitu mau kalian,saya dukung mari ikut saya kita bicarakan dengan wakil kepala sekolah tentang hal ini" Kami semua akhirnya mengikuti Pak HJ untuk menemui wakil kepala sekolah. Semoga kami mendapat ijin untuk mengikutinya. Kami semakin yakin dengan dukungan pak HJ segalanya akan menjadi lebih mudah, Kami percaya kami gak sendiri. Banyak orang yang mendukung kami. "Selamat pagi bu" sapa pak HJ pada ibu Indah yang tidak lain tidak bukan adalah ibu wakil kepala sekolah. "iya Pak HJ ada apa" Jawab Ibu Indah. "Begini bu, anak-anak ini pengen ikut turnamen futsal se-Kabupaten, hanya saja waktu pelaksanaanya dekat sekali dengan pelaksanaan UN hanya 2 hari sebelumnya, kira-kira bagaimana bu" Ibu Indah tampaK berpikir sejenak, sebelum akhirnya menjawab apa yang sudah disampaikan oleh Pak HJ. "Begini Pak HJ dan kalian semua, mengingat pelaksanaannya dekat sekali dengan UN apa kalian yakin dengan resiko yang mungkin harus kalian tanggung. Bagaimana waktu belajar kalian apa tiddak mengganggu, atau mungkin jika terjadi cidera apa resiko itu sudah kalian pikirkan" "Iya bu kami sudah siap dengan resiko apapun. Tekad kami sudah bulat. Bagi kami juara adalah pilihan dan ini kesempatan terakhir dan mungkin yang terbaik buat kami bu" Yoga berusaha menjelaskan. "Oke, kalo memang begitu mauya saya setuju, akan tetapi saya tidak mau disalahkan apabila nantinya terjadi sesuatu dengan kalian, entah itu dari sekolah maupun orang tua kalian. Jadi kalian harus bikin surat pernyataan yang diketahui oleh orang tua kalian supaya segalanya menjadi mudah. Saya rasa pak kepala sekolah juga tidak keberatan jika orang tua kalian juga menyetujui terlebih dahulu" Setelah panjang lebar berbicara dengan beliau,kamipun lega karena ada jalan untuk bisa mengikuti turnament itu. Besok adalah hari terakhir untuk pendaftaran, kami kemudian kekelas dan berbicara sebentar untuk membicarakan langkah selanjutnya. "Okey,kita sudah dapat jalan,besok surat peryataan semua harus sudah jadi" bilang alfrid "Trus bagaimana dengan uang pendaftaranya,kan terakhir besok" tanya fauzan Rici memberikan idenya "Bagaimana kalau kita patungan saja, kita tidak perlu minta uang dari sekolah. Ini mimpi kita dan kita harus bisa mengandalkan diri kita sendiri. Uang pendaftarannya  kita bagi sepuluh, bagaimana menurut kalian" "yakkkk" kita semua sepakat Hari berikutnya misi dimulai, kami bertemu untuk mengumpulkan surat pernyataan dari orang tua kami dan mengumpulkan uang patungan untuk mendaftar. Zain mulai berbicara dan membagi tugas "Rici, kamu serahkan surat peryataan ini kepada Pak HJ biar nanti disampaikan beliau kepada ibu Indah. Aku dan ibnu nanti yang mendaftar. Untuk yang lain, sampaikan berita ini pada teman-teman semuanya. Kita butuh dukungan dari mereka, kita gak mungkin bertanding tanpa dukungan dari mereka". “Toss dulu dong,biar semangat” pinta Aer temenku yang paling tambun. Kami semua menyatukan tangan,dalam hati tekad kami sama, tuntaskan misi. “Kita pasti bisa...bisaaaaaaaa”. Kamipun segera berpisah sesuai tugas yang sudah dibagi. Berpacu dengan waktu, gedung tua saksi bisu. Kita membatu! Untuk urusan suporter segalanya menjadi mudah berkat bantuan dari rekan-rekan kami. Perempuan-perempuan inspiratif yang mau menjadi koordinator yang berani berdiri dibarisan paling depan untuk mendukung kami. Putri,Elisa,Ema,Tina,Dena adalah orangnya. Anak-anak IPA yang mempunyai karakter IPS, ramai. Mereka yang mengkoordinasi semuanya,mulai dari mengumumkan jadwal pertandingan kami, bikin spanduk, bendera dan atribut lainnya untuk mendukung kami. Ada juga sibengal Yoga yang membantu, walaupun badung dan nakal dikelasnya. Tapi kalo urusan bola dan sorak-sorak mungkin dia adalah salah satu juaranya disekolah. Maklumlah karena kelasnya terkenal paling ramai diantara semua kelas yang ada disekolah. Ada juga suporter spesial diantara kami. Ada Tika pacarnya Rici. Ada juga putri yang menjadi pacarnya Fauzan dari SMP kelas satu. Mereka berdua memberi warna tersendiri, walaupun manja tapi kalo soal mendukung Rici dan Fauzan gak perlu diragukan lagi. Malam hampir pasti datang, ketika matahari sedikit demi sedikit mulai tenggelam membiaskan cahaya merah kelangit diujung barat. Secerah harapan kami. Kringggg....Handphoneku berbunyi ketika aku masih santai diteras menikmati kopi menemani bapak membaca koran. Ternyata telp dari Ibnu. “gimana nu,ada apa” tanpa basa-basi aku jawab telp dari ibnu “Ada masalah frid, uang dari temen-temen belum semuanya terkumpul, masih kurang seratus ribu, gimana ni” “kamu sekarang dimana,aku segera kesana“ “oke,aku tunggu” ibnu menutup telpnya. Setelah telp terputus, aku langsung bilang  kepada bapak untuk menyusul mereka. Gak peduli kalo badan sedikit bau karena belum mandi. Gak peduli kopi panas yang masih tersisa setengah gelas. Gorengan dari ibu juga masih ada dimeja. Belum sempat tersentuh untuk mengisi perut yang lapar karena tadi siang belum makan. 10 menit kemudian aku sudah berada bersama mereka, tancap gas ngebut sepanjang jalan. Gak peduli jalan rusak dan berlubang karena truk pasir yang sering lewat penuh muatan. ada ibnu,aer dan rici dirumah apri. “ emang siapa yang belum mengumpulkan uang” aku bertanya pada mereka. “Havid, Zain, Aji,sama Yoga, aku dah menghubungi mereka tapi mereka gak bisa ngasih sekarang, Havid lagi bokek, Zain lagi Les Kimia ditempat Pak Pran, Aji sama Yoga lagi diluar kota” Apri menjelaskan Waktu hampir jam 5 sore, dimana kami harus sudah sampai ditempat pendaftaran untuk menyerahkan uang sekalian Tecnical Metting. Uang belum juga bisa kami dapatkan, sempat pengen pinjam sama bapaknya apri, tapi gak enak. Karena beliau sedang sibuk ngurusi usaha tahu baksonya. Kemudian kami mencoba untuk menelpon Pak HJ untuk mendapatkan solusi dari masalah yang ada. Hingga akhirnya dapat ide untuk meminjam uang ke Pak Ega, yang kebetulan rumahnya dekat dengan tempat pendaftaran. Kami berlima bergegas menuju rumah Pak Ega. Sampai disana kami langsung bertemu dengan pak ega yang kebetulan sedang mencuci motor dihalaman rumahnya. “selamat sore pak” apri menyapa beliau “Hei, selamat sore. Dari mana kalian kok mukanya kusut begitu, mau saya cuci sekalian apa pake air kran sekalian motor bapak” Pak Ega menyapa kami dengan sedikit bergurau khas guru muda yang terkadang masih suka hal-hal konyol. Berbeda jauh dengan wajahnya yang terkesan garang dan galak tapi ternyata asik juga gaya bercandanya. “Sini duduk dulu” Pinta pak ega pada kami. “Gak usah pak disini saja, kami buru-buru soalnya pak” Kami berlima sempat bingung bagaimana ngomongnya sama beliau. Sampai pada akhirnya Aer memberanikan diri mewakili kami. “Begini pak, kami kan mau ikut turnament futsal. Pendaftarannya terakhir sekarang. Jam 5 sore ini sudah lewat sedikit malahan. Tadi udah telp pak HJ kalau uangnya masih kurang. Terus sama Pak HJ kami disuruh kesini minjam sama Pak Ega. Kurangnya seratus ribu pak, gimana pak bisa gak pinjamin kami” “Sangat bisa” Jawaban dari Pak Ega membuat kami sedikit tenang. “Terima kasih pak atas bantuannya” kami berlima langsung berpamitan untuk menuju ketempat pendaftaran. Sampai disana kami sudah terlambat lebih dari setengah jam. Terlihat acara sudah dimulai, semoga kami masih bisa mendaftar. Masih ada tempat tersisa untuk kami. Syukurlah, senang sekali rasanya ketika kami masih bisa diterima untuk mendaftar. Walaupun kami terlambat tapi ternyata kami belum sepenuhnya terlambat. Belum terlambat untuk mewujudkan mimpi kami. Untuk jadi pemenang mungkin kami harus cukup teruji, kenang kami waktu itu. Sebelum kami pulang kerumah masing-masing membawa harapan dan impian kami. Hari yang dinantipun tiba, dimana pertandingan segera dimulai bagi kami. Turnamen yang diikuti 32 tim futsal SMA/SMK Se Kabupaten. Lawan pertama kami adalah SMAN BALL.  Sekolah yang berasalah dari kota ini adalah awal perjuangan kami. Tak ada beban meskipun kami ingin  menjadi juara. Teman-teman semua yang datang ke lapangan sangat membantu kami. Kami kagum dengan mereka bukan hanya sekedar datang kelapangan tapi juga tak henti untuk mendukung kami "smanka..smanka..smanka.." Begitu terdengar hebat ditelinga kami membakar semangat untuk memenangkan pertandingan. Perjuangan tak pernah lelah. 2 gol kami berhasil memenangkannya. Sungguh suatu kehormatan bisa berjuang bersama kalian semua. Jeda satu hari  kami bertanding lagi. Kali ini sudah masuk kebabak 16 besar dengan SMAN RAS sebagai lawan kami. Semakin banyak dukungan dari suporter yang datang waktu itu dan kita berhasil memenangkan pertandingan dengan skor tipis 1-0. Hari berganti-hari dan kami terus berjuang untuk mimpi kami, dukungan yang tak pernah berhenti menjadi semangat yang tak terbeli. "Meraka Ada, Kami Bertenaga" Begitu mungkin gambaran yang paling tepat untuk menggambarkan keberadaan mereka ditepi lapangan, Bendera, Suara drum, Yel-Yel, Tepuk tangan yang nyaris tak pernah berhenti selama kami bermain, luar biasa. Mimpi itu semakin dekat ketika kami berhasil melaju sampai final setelah mengalahkan lawan kami dibabak berikutnya. Sebelum pulang kami diajak makan-makan bersama oleh salah satu teman kami. Yoga kebetulan merayakan ulang tahun dihari itu. “Ayo kita rayakan keberhasilan kita, sekalian aku traktir makan-makan hari ulang tahunku” Ajak Yoga kepada kami. Bersama-sama kami menuju warung mie ayam dipinggiran rel seberang jalan. Pak HJ juga ikut,Tika dan Putri tentunya juga, pacar fauzan dan Rici. Chatarina pacarnya Yoga tidak mungkin ketinggalan. Keesokan harinya, berita keberhasilan kami sampai final tersebar disekolah. Dukungan semakin banyak, Semua guru, karyawan, teman memberi semangat kepada kami. Bahkan tidak sedikit dari alumni yang mendengar pencapaian kita bahkan mereka berusaha untuk datang kepertandingan. "Saya ingin mereka menjadi suporter terbaik, bukan hanya kita. Saya sudah berbicara dengan mereka semuanya dan menyuruh rekan-rekan kita untuk mengkoordinasi. Teman-teman alumni banyak yang akan datang" Pak HJ berbicara pada kami sebelum pertandingan. Menit yang luar biasa sebelum pertandingan. Ada sedikit ketegangan tapi itu tidak mengganggu kami. Ratusan teman kami berkumpul ditepi lapangan. Bahkan salah satu alumni ada yang menyempatkan datang langsung dari surabaya untuk memberi dukungan pada kami. Angga adalah salah satu diantara alumni yang datang. Bukan hanya moril tapi juga materi dia berikan pada kami. Satu pak minuman berenergi cukup untuk menambah kami termotivasi. Ada juga Bayu, Alfio, Pepy, Albert dan masih banyak lagi alumni dari tahun kemarin dan sebelumnya. Teman-teman sekelas yang paling cantik juga tidak pernah absan untuk datang kelapangan mendukung kami. Sejak dari babak awal hingga kami sampai final. Irna, There, Intan, Sukma, Yeni dan tentunya siganteng kuncoro teman kami dan lainnya. Mantan siswa-siswa Paling badung juga nampak dipinggir lapangan. Tulisan besar nampak jelas terbaca disalah satu sisi lapangan.” Smanka Genk Koridor Mbunder, Kami Ada Untuk Bersama”Ada Ananda, Dodik, Ary,Wahyu hingga tetangga mereka yang benama Roni dan Soleh. Dua tetangga Apri yang juga tak mungkin kami lupakan. Sigit dan Doni dengan teriakan khas mereka. “ayo aa, tendang aa”. Kami tidak pernah menyangka bakalan sebegitu luar biasanya. Sebelum pertandingan dimulai pak HJ memberi sedikit bimbingan kepada kami. Dan juga tambahan motivasi buat kami. Salah satunya adalah bonus makan-makan diwarung apung paling favorit di batas kota dari Ibu Indah apabila kami berhasil menjadi juara. Luar biasa kami makin bersemangat menyambut final pertama kami. Pritttt...pertandingan dimulai final melawan SMAN MUH. Semua berjalan begitu ketat peluang pertama kami datang dari tendangan keras ibnu sayang sekali masih membentur tiang gawang. Kami terus menyerang, Fauzan dengan tendangan jarak jauh memanfatkan tendangan sudut dari Rici,tapi masih melebar. Golll pun tercipta oleh kami. Ibnu berhasil mencetak gol dan membawa kami unggul 1-0 dibabak pertama. Kami merasa semakin dekat dengan juara. Istirahat 10 menit, Babak kedua dimulai kami terus menyerang sesekali lawan merepotkan kami. Menit demi menit berjalan seakan terasa lama. 5 menit sebelum pertandingan kami masih yakin kami bisa juara...prittttttttttttt gollll kami lengah lawan berhasil mencetak gol untuk menyamakan kedudukan. Pertandingan terus berjalan, mimpi buruk itupun akhirnya datang 1 menit sebelum pertandingan berakhir, melalui tendangan keras pemain lawan mampu membalikkan keadaan menjadi 2-1. kami panik, tegang tapi terus berjuang. Akhirnya kami harus mengakui kekalahan kami dibabak final. 1 menit yang tersisa  tidak cukup buat kami untuk menyamakan kedudukan. Wajah lesu nampak diantara kami, Akan tetapi suporter dan seluruh teman-teman terlihat tidak cukup kecewa. Mereka tetap bersorak, bahkan salah satu dari mereka bilang "kalian adalah juara, tidak sia-sia kami datang untuk kalian. Pertandingan yang hebat" Kami harus puas sebagai runner up turnament, sebuah perjuangan panjang yang akhirnya harus kami syukuri. Kekalahan yang kami dapatkan dengan cara yang terbaik. Meskipun hanya juara 2 tapi itu piala pertama kami. Pertama untuk sekolah kami. Sejarah bagi kami semua. Bukan hanya itu suporter kami juga terpilih menjadi yang terbaik dan berhak atas uang pembinaan dan piala. Smanka Genk” kami menyebut mereka. Hari itu kami kalah. Tapi kami merasa ini pencapaian terbaik kami. Bukan hanya kami, tapi juga mereka semua adalah yang terbaik,setidaknya untuk hari ini dan semoga nanti. Smanka Genk tetap bernyali, tetap beraksi dan tetap bermimpi. Keesokan harinya sewaktu upacara kami dipanggil ketengah lapangan tempat upacara untuk diberikan penghargaan dari sekolah. Ada juga putri sama yoga yang mewakili suporter, karena mereka juga pantas untuk mendapatkannya. Pak Kepala sekolah menyampaikannya kepada kami. Sungguh menjadi salah satu hari terbaik untuk kami. Meskipun bukan juara 1 tapi itu cukup membuktikan kepada mereka bahwa ada potensi lain disekolah ini. Sekolah yang jauh dari perkotaan yang terkesan terpinggirkan. Mereka yang di kota boleh saja lebih pintar dari kami. Tapi satu hal kami lebih bernyali daripada mereka. Kami lebih punya solidaritas dan kebersamaan khas anak desa. Aku, Ibnu, Fauzan, Rici, Aji, Aer, Yoga, Zain, Havid, Apri berhasil mewujudkan ambisi dan mimpi kami. Juara 2 bukanlah mimpi yang sempurna tapi kami telah melakukannya dengan cara yang sempurna. Menurut kami, mungkin juga mereka. "Terima kasih untuk semua teman-teman yang mendukung, Kalianlah yang terbaik bagi kami. Terima kasih juga untuk bapak dan ibu guru serta keluarga besar SMA untuk bimbingan dan dukungannya. Motivasi yang tak pernah berhenti,bukan memuji tapi selalu menguji. Tidak lupa juga terima kasih untuk Pak Supatno dan keluarga apri untuk jamuan dan tahu baksonya sebelum dan sesudah kami main. Hampir setiap kali bisa jadi itu sumber kekuatan kami. Juara adalah pilihan kami. Dan kami sudah melakukannnya. kami berharap akan terus begitu dan selalu begitu, penerus kami. Jayalah kejayaan,majulah kemajuan, bangkitlah kabangkitan.Smanka...smanka.." Fauzan,mewakili tim menyampaikan terima kasih kepada semua pihak pada saat itu. Hari itu juga kami bagi uang hadiah dan bonus dari sekolah yang terkumpul lumayan banyak. Bonus dari ibu Indah juga tentunya. Tidak jadi makan dibatas kota tapi kami dikasih uang untuk merayakannya sendiri. Tidak lupa juga kami kembalikan uang yang dulu kami pinjam kepada Pak Ega. Pesan dari Pak HJ mengingatkan kami. Lupakan perayaan untuk kemenangan hari ini,jangan sampai lupa. Kami harus kembali berjuang. Sudah waktunya UN kita tuntaskan. Kemenangan itu memberi kami motivasi lebih untuk menghadapi UN. Semangat kami berlipat, tak ada keraguan. Kami percaya bisa menyelesaikan UN dengan baik dan akhirnya lulus sesuai harapan kami dan juga mereka teman-teman semuanya. Sebulan setelah UN, akhirnya tiba saatnya untuk menanti pengumuman kelulusan. Singkat cerita luar biasa rasanya. Aku dan teman-temanku lulus semuanya. ada satu hal yang mengejutkan waktu itu. Percaya atau tidak aku yang terkenal badung dan malas mendapatkan nilai terbaik kedua diparalel IPS. Sempat tak percaya, bukan Cuma aku dan teman-temankupun tak percaya kalau aku mendapat nilai itu. IPS adalah Jurusan yang terkenal dengan siswa-siswanya yang paling nakal dan susah diatur. Tapi jangan salah, kebersamaanlah yang mendidik kami. Jiwa sosial kami mungkin yang tertinggi, solidaritas tanpa batas. Aku memang pintar atau aku hanya beruntung, ah itu gak penting yang terpenting adalah kami bahagia karena kelulusan kami semua. Nakal mungkin lebih pantas buatku mungkin juga mereka. Kami lebih terkenal karena kenakalan kami. Tapi satu hal nakal bukan lah sebuah kejahatan. Hukuman adalah salah satu cara terbaik untuk melatih kami bertahan dalam aturan. Menerima konsekwensi dari pilihan yang kami mau. Sekali lagi, juara adalah pilihan kami. Gak peduli seberapa nakalnya aku dan teman-temanku. Setelah lulus aku masih dirumah. Menunggu waktu setahun lagi untuk masuk perguruan tinggi atau memilih menjadi angkatan darat sesuai kemauan bapak. Begitu juga dengan Aer dan Apri.  Mereka memilih santai dulu dirumah, membantu orang tua mereka,ber main atau sekedar jalan-jalan cari pacar. Dikala pagi Apri selalu rutin mengantarkan tahu bakso pesanan kebeberapa pelanggan. Sementara Aer hampir setiap sore selalu membantu kakaknya berjualan diwarung lesehan keluarganya. Dipinggiran jalan solo depan terminal bis kota. Sementara Fauzan, Rici, Yoga, Ibnu dan Zain sudah masuk diperguruan tinggi yang mereka mau. fauzan mengambil jurusan komputer. Yoga memilih kuliah pada bidang desain grafis, maklumlah pintar menggambar orangnya. Rici tidak jauh dari dunia komputer. Dia juga yang mendesain ban kapten dan juga seragam futsal kami. Bahkan bulan depan dia akan berangkat ke Jakarta untuk mewakili kampusnya di Liga Futsal antar mahasiswa se-indonesia. selamat kawan! ibnu berhasil masuk difakultas olahraga favoritnya disalah satu perguruan tinggi negeri di Yogjakarta. Mungkin karena piagan kejuaraan futsal dia bisa diterima disana. Kami yakin suatu hari nanti dia bisa bermain untuk tim sepakbola di kampusnya. Sepakbola yang tak bisa dia tinggalkan. Dia pemain terbaik kami. Pekerja keras, dribble menawan. Tapi sayang gagal soal percintaan. Seringkali harus pupus didepan wanita pilihannya. Ya,itulah kami.  Tak ada bedanya dengan mereka, kita semuanya sama. Hanya saja kami punya mimpi dan cita-cita yang berbeda setelah itu. Hobi kami masih sama. Bermain bola tentunya. Walaupun sekarang kami sedikit berjauhan, tapi bukan berarti kami tidak punya waktu untuk sekedar nongkrong bersama,berbagi cerita tentang gebetan atau rutinitas biasa yang mungkin menjemukan. Kadang sesekali main futsal bersama. Hanya Zain yang mungkin paling jarang ada waktu buat berkumpul. Maklumlah, karena dia kuliah diluar kota dan jarang pulang kerumah. Sebulan sekalipun belum tentu. Menjadi Dokter adalah cita-cita dan pilihannya. Disalah satu perguruan tinggi swasta di Purwokerto dia menimba ilmu jurusan dokter umum. Good luck my friend. Havid dan Aji masih tetap disekolah karena mereka baru naik ke kelas XI dan XII. Havid adalah pemain masa depan disekolah, sementara Aji adalah salah satu penjaga gawang terbaik disekolah kami. merekalah yang nantinya akan melanjutkan petualangan meraih mimpi menjadi juara 1. Kami yakin, mereka pasti bisa melakukan lebih daripada kami. Banyak teman-teman mereka yang mempunyai potensi dan bakat luar biasa bermain bola. Semoga saja! AKU DAN MEREKA Ditempat inilah kita mengukir cerita Ada tangis ada bahagia Ada hati yang terluka Ada damai dalam semangat.. Dari jam tujuh hingga petang Dari kota hingga pegunungan Tak ada bedanya, saat kita tertawa.. Dari yang pintar sampai yang bodoh Dari yang kaya hingga miskin Kita menyatu disini, walau terkadang emosi.. "Jangan Menangis Nikmati Saja Hidup Ini Kawan, Jangan Kau Sesali Sudah Terjadi Biarkanlah" Kita boleh salah Kita boleh gagal Tapi satu hal, kita takkan menyerah.. Tak ada pertanyaan tanpa jawaban Tak ada sahabat tanpa pertentangan Hidup adalah memilih dan kita adalah sahabat.. Dari sabang sampai merauke Kita berjuang dari pagi sampai sore Cuma satu, kita bermimpi.. "Jangan Menangis Nikmati Saja Hidup Ini Kawan, Jangan Kau Sesali Sudah Terjadi Biarkanlah" Ini adalah cerita tentang kita Cerita tentang kebebasan Cerita tentang persahabatan, walau terkadang pertengkaran "Jangan Menangis Nikmati Saja Hidup Ini Kawan, Jangan Kau Sesali Sudah Terjadi Biarkanlah" Biar kamu cantik Biar kamu jelek Biar kamu kaya atau miskin Kau akan aku kenang, SELAMANYA..(Musikalisasi Puisi By. Hj_World,Aku Dan Mereka). Juara adalah pilihan. Smanka Genk,kenangan kami,2013! Thank For All,Do The Best And Get The Best.. Penulis, Heru Jast

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline