Lihat ke Halaman Asli

Eros Djarot: Acara YKS dan Pesbukers di TV Merusak Generasi Muda

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390795182234230746

[caption id="attachment_318574" align="aligncenter" width="300" caption="Acara YKS di Trans TV (twitter @Yuk Keep Smile_TTV.com)"][/caption] Mungkin komentar ini agak mengejutkan karena keluar dari mulut seorang budayawan yang terkenal santun bahkan bersama almarhum Chrisye sempat menghadirkan lagu-lagu hits, yang santun dan edukatif liriknya seperti lagu Sabda Alam, Lenny dan lainnya. Sang budayawan yang juga politikus serta adik kandung dari bintang film kawakan Indonesia. Slamet Rahardjo Djarot ini, memang telah lama tak terdengar suaranya, namun komentar nya di salah satu media ibukota pada hari Kamis 23 Januari 2014 lalu cukup menghentakkan kita, khususnya para orangtua yang meiliki anak-anak usia balita hingga usia remaja. Menurut Pak Eros, banyak tayangan televisi saat ini yang menghadirkan unsur-unsur pembodohan masyarakat Indonesia, seperti konyol-konyolan, aksi fisik yang kasar seperti men-toyor kepala teman, mendorong teman hingga terjatuh, sampai akis mencaci maki teman yang disambut gelak tawa penonton. Bahkan terkadang ada aksi kasar seperti melempar bedak ke mulut teman hingga terbatuk-batuk, demi mengundang gelak tawa penonton. Menurut beliau, tontonan aksi negatif tersebut, amat menyedihkan, sudahlah berpotensi mengajarkan vandalisme dan perilaku kasara menjurus brutal terhadap sesama, ternyata mampu melejitkan karir para pelaku nya. Hal ini terlihat dari, lagi-lagi yang dicontohkan oleh Pak Eros, acara televisi "Yuk Keep Smile" (YKS) yang melejitkan sang pencipta gaya goyang YKS , Caesar. Selain itu ada artis-artis muda seperti Raffi Ahmad, Olga Syahputra, yang kini juga ditemani oleh adiknya Billy, Chand Kelvin, Wendy dan Denny Cagur serta Tara Budiman. Terkadang dimunculkan So'imah sang sinden fenomenal, yang sebenarnya memiliki bakat seni dari segi kualitas suara. Sayang, sang biduan asal Jogja tersebut, di acara YKS terkadang harus dijadikan bahan olok-olokan kasar rekan-rekannya, dan juga dia terpaksa menyanyi dengan gaya yang terkesan erotis dan berteriak-teriak yang terasa kurang pantas bagi seorang wanit berkebaya Jawa. Ada lagi yang namanya goyang Oplosan. Bukankah kata Oplosan seringkali berkonotasi negatif? Minuman jika  Oplosan maka itu mengacu pada racikan minuman keras ilegal yang terkadang dicampur bahan berbahaya seperti minyak tanah, bahkan ada yang dengan obat nyamuk !!! Minuman yang berisiko mematikan. Bahan bakar minyak Oplosan, berarti BBM yang dicampur dengan air atau apapun yang jika digunakan sebagai bahan bakar, dapat merusak mesin kendaraan. Di televisi swasta lainnya juga beliau contohkan ada acara komedi "Pesbukers" . Kembali Pak Eros Djarot menyorot ditonjolkannya gaya konyol-konyolan dan cacian kasar para pelaku nya yang di antaranya juga terdapat Raffi Ahmad, dan Olga Syahputra. Terkadang dengan bangga Olga menonjolkan perilaku yang meniru-niru wanita, dan goyang erotis, yang bahkan oleh agama Islam, agama yang dianut sendiri oleh Olga, dikecam keras. To make things worse, acara-acara ini disajikan pada prime time, jam tayang dimana masih banyak anak-anak kecil maupun remaja menontonnya. Tak heran jika aksi bully dan tindakan cabul sesama pelajar kini merajalela di kalangan siswa sekolah di Indonesia bahkan telah menjangkau siswa-siswa SD yang belum akhil baligh. [caption id="attachment_318579" align="aligncenter" width="300" caption="Budayawan Eros Djarot (www.tempo.co.id)"]

1390795271963164636

[/caption] Saya sependapat dengan Pak Eros Djarot ketika beliau mencemaskan dampak perilaku indutri televisi Indonesia yang semakin menomorduakan pendidikan moral malahan dengan bangga menjual perilaku asusila dan tak sopan, seperti yang dicontohkan di atas. Bahkan putra ke-2 saya yang baru berusia dua tahun kini telah mampu meniru goyang Caesar. Dan cukup menjemukan bagi saya yang seringkali pulang kantor tiba di rumah sekitar jam 20.00-21.00 WIB malam. Saya berharap sejenak melepas penat, dapat memperoleh tontonan televisi yang bisa dijadikan hiburan positif. Televisi favorit saya adalah Trans TV dan Trans 7, akibat saya tahu bahwa 90% televisi Indonesia pada jam prime time tersebut isinya hanya sinetron yang juga tak kalah merusak moral generasi muda, yang berkedok Islam sekalipun, malah membuat saya muak menyaksikannya. Dulu saya masih punya harapan, karena ada Bioskop Trans TV yang terkadang memutar film-film bagus seperti tentang perang tentara AS seperti The Patriot, Rambo ataupun film-filmnya Steven Segal dan Van Damme yang memiliki pelajaran ilmu beladiri, cerita agen rahasia seperti James Bond maupun film-film yang diangkat dari novel Tom Clancy seperti Clear and Present Danger, Patriot Games. Memang film-film Barat tersebut tak lepas dari unsur negatif. Tapi lihatlah, setiap ada adegan vulgar, ataupun porno, seringkali di cut dengan cara disela dengan iklan lalu dilanjutkan dengan adegan berikutnya yang meloncati adegan yang di cut tersebut. Dibanding acara-acara yang dikecam pak Eros di atas, yang tak ada sensornya sama sekali, gamblang terpapar. Juga masih ada ilmu beladiri, ilmu militer, ilmu intelijen, dan ini yang kita malu,....sekasar-kasarnya film perang Hollywood, mereka masih menonjolkan sisi-sisi kebanggaan sebagai insan militer AS, ada adaegan patriotisme demi negara, ditunjukkan kebanggan membela bendera Star and Stripes. Sementara acara-acara di TV sekarang, terkadang perjuangan para pendahulu kita di masa merebut Kemerdekaan, malah dijadikan parodi konyol, seolah pengorbanan nyawa para kakek nenek kita itu adalah bahan tertawaan bagi generasi muda sekarang, yang mungkin banyak yang tak hafal lagi nama-nama pahlawan nasional nya. Kata Eros Djarot, " Saya cemas, mau dibawa kemana masa depan bangsa ini, jika sehari-harinya tontonannya di TV seperti ini?" Beberapa tahun lalu pun secara subjektif politikus dan mantan Wapres H. Jusuf Kalla mengecam acara serupa yang di sajikan di saat sahur di televisi-televisi swasta Indonesia. Di malam saatnya orang khusyuk beribadah, bahkan yang tak puasa mestinya sedang istirahat, malah acara TV nya, Adul, Komeng dkk., berteriak-teriak konyol-konyolan berkelakar, tanpa ada unsur ibadahnya sama sekali. Bahkan pak JK secara tegas dan langsung menunjuk nama Adul sebagai salah satu artis yang merusak moral bangsa lewat perilakunya di acara TV. Memang, baik Pak JK, Bung Eros maupun saya sendiri tak bisa terlalu menyalahkan para artis, karena ini adalah ulah dari para produser acara dan manajemen TV yang bersangkutan. Terakhir, tokoh pengasuh anak-anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Kak Seto Mulyadi pun mengeluhkan acara-acara tersebut yang selain kontennya banyak unsur negatifnya, juga jam tayang nya yang selain di prime time juga terlalu lama hingga tiga jam. Sebenarnya parodi, humor maupun hiburan dengan tarian bukanlah sesuatu yang ditabukan sama sekali. Namun hendaknya yang mencerdaskan bangsa, atau minimal jangan ada unsur pornografi dan perusakan moral seperti goyang erotis ataupun gurauan fisik yang kasar. Toh di masa lalu, di masa mudanya pak Eros, Pak JK, dan di masa kecil saya, juga ada pelawak-pelawak seperti Ateng Iskak cs., Jojon dengan Jayakrta Grup nya, apalagi Warkop DKI. Namun sekalipun Warkop DKI, unsur pornografi itu hanya mereka tampilkan di dalam film, dimana untuk menontonnya masuk bioskop saja, ada batasan umur. Bukan di umbar semabarangan di TV yang tanpa sensor bahkan sampai bisa mempengaruhi seorang balita seperti putra saya di atas. Saya tidak anti tontonan konyol-konyolan penuh gurauan, karena pada dasarnya saya pun seorang yang humoris. Namun jangan kelewatan seperti acara YKS yang tampil di Prime Time selama tiga jama sehari selama 7 hari dari jam 20.00 hingga pukul 23.00 WIB. Satu jam saja cukup. Saya malah lebih suka acara-acara kuis berhadiah seperti Siapa Berani, Tebak Kata, Kuis Musik seperti Berpacu Dalam Melodi, ataupun sejenisnya yang mengasah otak yang di tahun 1990-an hingga awal dekade 2000-an sempat marak di TV-TV swasta. Saya pun bahkan sempat ikut tampil di beberapa acara-acara tersebut. Mengasah otak sekaligus menghibur. Atau acara-acara yang membuat saya jatuh hati pada Trans 7, seperti Laptop Si Unyil, Si Bolang, Asal-Usul, yang sarat ilmu pengetahuan. Atau kita bisa melihat salah satu contoh acara televisi Jepang yang hingga kini masih ditayangkan siang hari di Global TV, Takeshi Castle (Benteng Takeshi). [caption id="attachment_318580" align="aligncenter" width="300" caption="Para pendukung acara Takeshi Castle (sekedar-tahu-blogspot.com)"]

1390795382929942178

[/caption] Acara ini bahkan sukses merubah image aktor laga Jepang, Takeshi Kitano yang terkenal sebagai Zatoichi sang samurai buta, di acara ini malah dikenal sebagai seorang bangsawan yang kocak dan licik. Hikmah dari acara tersebut, walaupun konyol-konyolan, namun fisik harus berjuang memanjat bukit, adu cepat dengan algojo di bilik sempit, di saat yang sama otak harus berputar bagaimana caranya lolos dari hadangan tersebut. Peserta nya diambil dari khalayak umum. Itulah simbol mengapa bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang humoris namun tangguh dan cerdas, bukan konyol tak ada juntrungannya. Khawatir gak laku? Sejak tahun 1990 pertama kali diputar di RCTI (ketika itu bahkan di prime time jam 19.00-21.00 WIB di malam minggu), ternyata hingga tahun 2013 ini masih ada televisi Indonesia yang menayangkannya tuh. Acara serupa, menembus tantangan yang disajikan yang menguras otak dan membutuhkan ketangguhan fisik bila perlu ber-akrobat, adalah acara AXN Wipeout setiap jam 12.00 WIB  di televisi Amerika Serikat AXN Channel (bagi yang berlangganan TV Kabel pasti tahu channel ini). Juga Amazing Race, yang menuntut kecerdasan otak dan kemampuan fisik prima untuk mencari pemecahan teka-teki yang diberikan, yang seringkali harus melalui negara-negara yang asing bagi sebagian peserta. Ada ilmu bahasa, ilmu geografi, ilmu sejarah dan olahraga nya. Simbol bangsa AS yang gemar bertualang, menguras otak dan fisik hingga hari tua, melanglang buana keliling dunia. Lalu acara TV apa yang dapat dijadikan simbol generasi masa depan bangsa Indonesia ? Orang-orang Jepang dan AS berbondong-bondong mendaftarkan diri ikut acara TV untuk menguji kecerdasan otak dan fisiknya sementara masyarakat Indonesia berbondong-bondong masuk TV untuk pamer gaya alay nan konyol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline