Lihat ke Halaman Asli

Liburan Macet, Hati Terasa Sesak

Diperbarui: 19 September 2024   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber : otomotif.kompas.com)

Siapa sih yang tidak ingin berlibur? Apalagi setelah berbulan-bulan terkurung dalam rutinitas yang melelahkan.

Meski, keinginan untuk melepas penat seringkali berhadapan dengan realitas yang kurang menyenangkan: kemacetan panjang di jalanan menuju tempat wisata. Meski begitu, banyak dari kita tetap nekat berangkat. Mengapa?

Kebutuhan untuk refreshing dan melepas penat dari rutinitas menjadi alasan utama banyak orang tetap memilih berlibur meskipun tahu akan menghadapi macet libur panjang. Menurut sebuah studi, liburan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental. Bahkan hanya dengan merencanakan liburan saja, tingkat kebahagiaan seseorang sudah dapat meningkat.

Selain itu, momen quality time bersama keluarga yang jarang didapat menjadi motivasi kuat untuk tetap pergi berlibur. Di tengah kesibukan sehari-hari, liburan menjadi kesempatan emas untuk mempererat ikatan keluarga dan menciptakan kenangan bersama. Bagi banyak orang, nilai dari momen kebersamaan ini jauh melebihi ketidaknyamanan macet libur panjang yang harus dihadapi.

FOMO atau Fear of Missing Out juga menjadi pendorong orang-orang untuk tetap berlibur meski tahu akan macet. Di era media sosial, kita seringkali merasa tertekan untuk mengikuti tren liburan yang sedang viral. Takut ketinggalan momen atau dianggap kurang update, banyak orang rela berdesak-desakan demi bisa mengunjungi destinasi yang sedang hits.

Terakhir, keindahan destinasi yang dianggap "worth it" meski harus bermacet-macet juga menjadi alasan kuat. Pemandangan alam yang memukau, kuliner lezat, atau pengalaman unik yang ditawarkan suatu tempat wisata seringkali dianggap sebagai hadiah yang sepadan setelah perjuangan melewati macet libur panjang.

Meski motivasi-motivasi ini dapat dipahami, kita juga perlu mempertimbangkan dampak negatif dari keputusan berlibur di saat puncak keramaian. Kemacetan tidak hanya menimbulkan stres dan kelelahan, tapi juga berdampak pada lingkungan dan ekonomi.

Sebuah studi menunjukkan bahwa macet libur panjang di daerah wisata dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi masyarakat setempat.

Jadi, apakah kita harus mengorbankan keinginan berlibur demi menghindari macet libur panjang? Tentu tidak. Yang diperlukan adalah perencanaan yang lebih bijak dan kesadaran kolektif. Memilih waktu liburan di luar peak season, mencari destinasi alternatif yang belum terlalu ramai, atau memanfaatkan transportasi publik bisa menjadi solusi.

Penyebab Kemacetan Berulang 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline