Lihat ke Halaman Asli

Heru Subagia

Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik

Skenario Tarik Investasi dan Hutang Luar Negeri Dalam Upaya Selamatkan Daya Beli Masyarakat

Diperbarui: 29 Juli 2023   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok kompas.com

bagi yang sudah punya usaha akan bertanya , Mau usaha apa lagi ya  ? Kok bisa mengajukan pertanyaan seperti itu . Tau ngak sih, pebisnis yang sudah  mapan saja banyak yang karam atau bahkan sudah banyak yang ambruk paska Pandemi Covid -19. Mereka bertanya, adakah celah baru yang masih bercokol untuk menjadi lahan bisnis baru ?

Era bisnis konvensional bubar karena diambil alih oleh bisnis digital . Disaat bersamaan ekonomi sedang tumbuh diangka pemulihan. Pada akhirnya banyak orang saat ini lagi bingung untuk bersaing dan beradaptasi menjalankan bisnis. Makro ekonomi masih masih tumbuh kisahan 5 persen hanya memberikan dampak riil di sekitar infrastruktur dan pendukungnya. Maklum saja di Indonesia saat ini sedang kejar tayang membangun berbagi proyek infrastruktur strategis nasional.

Kendala kendala yang sedang dihadapi dan menjadi hantu pelaku ekonomi adalah lemahnya dan hilangnya daya beli masyarakat. Jika mengacu pada teori pembangunan ekonomi, salah satu indikator untuk negara bisa berkembang dan dikatakan ekonomi tumbuh jika terdapat kelimpahan daya beli.

Bagaimana daya beli bisa menjadi portofolio utama bagi pelaku usaha ?

Disebutkan ada dua sumber daya beli berasal. Pertama data beli berasal  dari sumber anggaran pembelian dari pemerintah dan yang kedua daya beli satu masyarakat.

Yang menjadi kendala saat ini baik daya beli pemerintah dan masyarakat sedang stagnan bahkan untuk daya beli barang atau produk tertentu hilang.

Prediksi hilangnya atau lemahnya daya beli duga banyak karena tidak adanya transaksi atau pertukaran barang dan jasa dikarenakan karena ketiadaan kapital atau dana. Baik dana dari pemerintah dan juga masyarakat mengecil atau hilang.

Jika pemerintah mengalami stagnasi belanja bisa dikarenakan oleh ketidaktahuan dan lambannya pencairan dana yang sudah terlanjur terparkir di kas daerah. Banyak pemerintahan daerah tidak mampu tidak profesional dalam penyaluran dana  Sejumlah alasan  yang terjadi karena ketidakbecusan Pemda merancang sang mengelola anggaran sehingga anggaran menjadi ragu untuk dicairkan untuk membiayai sebuah proyek.

 Lucu lagi, banyak lembaga yang mengembalikan lagu dana belanja pemerintah ke pusat dengan alasan tidak mau ambil resiko alias takut mencairkan dana tersebut . Dasar alasannya mereka tidak mau dipenjara karena mengambil resiko untuk menganggarkan dan mengucurkan dana tersebut.

Akibat lambannya atau matinya pengucuran dana belanja pemerintah berdampak perlambatan aktivitas ekosistem bisnis yang melibatkan kontraktor, vendor, pembiayaan bank  pekerja dan sejumlah pelaku bisnis lainnya. Semakin lamban uang beredar semakin mati mata rantai ekonomi.

Dampak panjangnya adalah ambruknya bisnis dan pendukungnya. Pengusaha tutup usahanya, bank tidak. Isa mengucurkan pinjaman, pemutusan tenaga kerja berlanjut dan bagi pemerintah rugi karena pelaku usaha tidak sanggup bayar pajak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline