Lihat ke Halaman Asli

Mampukah Si Pitung Go International?

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesuksesan Film The Raid dan sekuelnya dirasa sungguh membanggakan bangsa Indonesia. Dibalik carut marutnya negeri ini, ternyata masih ada yang bisa dibanggakan di mata dunia. Kesuksesan ini bagaikan oase di tengah gersangnya dunia perfilman Indonesia. Pencak Silat kembali naik pamor setelah ditampilkan secara apik oleh Iko Uwais dkk lewat koreografi pertarungan nan indah. Memang seharusnya seperti itulah gerakan Silat ditampilkan. Gerakan nan efektif, mematikan, namun juga menyimpan keindahan.

(The Raid 2, www.forbes.com)

Jika Tiongkok banyak sekali membuat film tentang jagoan kungfu yang berjuang untuk negaranya seperti Hung Hei Kun, Wong Fei Hung, Huo Yen Jia, Fong Sai Yuk, sampai Ip Man, maka kita pun memiliki banyak sekali jawara Pencak Silat seperti Si Pitung dari Betawi, Prabu Siliwangi dari Sunda Padjajaran, Ki Ngabehi Suro Diwiryo dari Jawa Tengah, yang kisah hidup dan perjuangannya sangat layak untuk difilmkan.

(Si Pitung, www.indogamers.com)

Namun kelemahan dari kisah hidup jawara kita adalah selalu adanya unsur unsur mistis yang mengiringi, yang kadang tidak masuk di akal. Seperti dikisahkan bahwa jawara ini bisa menghilang, jawara yang ini kebal peluru, prabu ini bisa terbang, dan hal aneh lainnya. Dan hal seperti ini diyakini kebenerannya secara turun temurun.

Padahal kalau mau jujur hal yang seperti itu tidaklah laku untuk dijual di luar negeri. Jika kita memaksa memasukkan hal ini dalam film laga kita, bisa bisa kita akan jadi bahan tertawaan seluruh dunia. Lihatlah sineas Hongkong mengemas kisah hidup Ip Man yang digambarkan secara natural namun indah. Sejagonya Ip Man, dia pernah kalah, pernah terluka, bahkan untuk melawan petinju dari barat dia harus berlatih dan bertarung habis habisan dengan muka yang sudah tak berbentuk. Bisa kita bayangkan kalau yang bertarung dengan petinju barat ini adalah Si Pitung dengan kesaktiannya, mungkin dengan sekali pukul petinju barat ini langsung tewas. Kalau benar begitu, lalu dimana keseruannya?? Dimana nilai edukasinya, bahwasanya untuk menaklukkan sesuatu kita harus berusaha sekuat tenaga hingga kadang kita harus berdarah darah.

(Ip Man Vs Twister, www.examiner.com)

Untuk sineas Indonesia, marilah kita jadikan kesuksesan The Raid menjadi tonggak awal kebangkitan film laga kita. Mari kita angkitkan kembali kisah heroik jawara Silat kita. Agar kisah hidup dan perjuangannya dapat menjadi inspirasi generasi muda penerus bangsa. Namun dengan alur cerita yang masuk akal tentu saja...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline