Lihat ke Halaman Asli

Bambang Pranoto dan Kisah Minyak Kutus-Kutus

Diperbarui: 16 Juli 2024   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto kastil Kutus-Kutus Property International BV Credit foto: idem dito 

Oleh Hertasning Ichlas*

SAYA menyusuri jalan kampung yang dibelah oleh sungai kecil di sebuah kawasan pedesaan Belanda bernama Baambrugge di daerah Utrecht. Di tempat ini dimana para baron Belanda biasanya memiliki kastil hingga menutup usia, saya bertemu Bambang Pranoto untuk kedua kali.

Gerbang rumah kastil sudah terbuka ketika saya tiba. Sekejap bangunan sejak abad 16-an berjendela lebar, bertembok warna batu bata dan dikelilingi vegetasi rimbun memperkenalkan dirinya ke hadapan tamunya. Saya merasakan getaran kejayaan bergantian dengan desir angin dingin kesepian dari bangunan tersebut.

Lokasi pada mesin pencari navigasi menyebut nama tempat itu Kutus-Kutus Property International B.V. sementara pada dinding kastil tersemat dua logo berwarna hijau dan biru bersisian yaitu Kutus-Kutus beraksara Bali dan Sanga-Sanga.    

Bambang Pranoto pencipta dan pemilik minyak balur Kutus-Kutus dan Sanga-Sanga membeli kastil itu sejak 2020. Berawal ketika Ia sedang membawa 200 pegawai Kutus-Kutusnya pelesir ke Eropa termasuk mengunjungi pusat kota Amsterdam.
 
Saat Ia terpisah dari rombongan, angin dan rintik hujan kota Amsterdam yang labil menyeret langkah kakinya untuk meneduh di sebuah kantor makelar perumahan di bilangan pusat kota Amsterdam. Saat itu pula Ia mendapat ilham untuk membeli kastil di Belanda.

Seusai ngobrol ngalor-ngidul lelaki berusia hampir tujuh puluh tahun itu membawa saya menyusuri kastilnya seluas tujuh hektar lebih dengan senang dan ramah. Bergantian dari tangan atau mulutnya terselip rokok Dji Sam Soe.

Ia menghisap dalam-dalam rokok kreteknya. Asap mengepul melewati raut wajahnya yang berkaca mata, berambut gondrong, berjanggut, hingga kemudian asap itu menghilang ditelan udara di akhir musim semi.

Sambil berjalan Ia menjelaskan riwayat pemilik awal kastil yang dibelinya sementara mata saya menikmati pepohonan rimbun, telaga berisi angsa dan burung-burung, dua bangunan utama kastil, tegalan, hamparan tanah lapang berumput hijau dan arus air di kali kecil yang indah yang membelah kastil.

Foto telaga di kastil. Credit foto: idem dito

"Kalau mau pakai untuk kumpul-kumpul diskusi atau kegiatan seni silakan saja," ucapnya sambil tangannya menunjuk dan menjelajahi wilayah-wilayah parkir yang memungkinkan untuk digunakan. 

Kami lalu berjalan balik menuju kastil nomor 9 tempat Ia dan keluarganya tinggal yang persis berada di belakang kastil nomor 8 yang difungsikan sebagai kantor dan ruang pertemuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline